Ilustrasi meditasi (Pexels.com) Agus Syarifudin Partadiredja Tanuarga Pernahkah Rekan PSAK merasa stres melanda, pikiran kalut, dan rasanya ingin lari dari kenyataan? Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, stres seolah jadi teman akrab yang tak terpisahkan. Namun, ada satu "senjata rahasia" yang disebut-sebut bisa mengubah otak Rekan PSAK secara fisik untuk melawan stres: mindfulness dan meditasi . Benarkah klaim ini? Atau jangan-jangan, ini hanya tren sesaat yang terlalu dibesar-besarkan? Kita sering mendengar "meditasi itu bagus untuk stres," tapi mungkin banyak dari kita yang skeptis. Bagaimana mungkin hanya dengan duduk diam dan mengatur napas bisa mengubah kerja otak? Jawabannya ada pada sains. Ilmu pengetahuan kini semakin banyak mengungkap bagaimana praktik kuno ini memiliki dampak neurologis yang nyata, bukan sekadar "mitos" yang diwariskan turun-temurun. Otak Rekan PSAK di Bawah Tekanan: Mode "Fight-or-Flight" Saat stres menyera...
Ilustrasi stress (Pexels.com) Agus Syarifudin Partadiredja Tanuarga Pernah dengar anggapan kalau otak itu sudah "jadi" dan tidak bisa diubah setelah dewasa? Buang jauh-jauh mitos itu! Anggapan itu salah besar dan justru bisa jadi alasan kenapa Rekan PSAK merasa "mentok" dan tidak berdaya menghadapi badai stres. Faktanya, otak Rekan PSAK itu seperti karet, alias plastis! Ini bukan tentang sulap, tapi tentang neuroplastisitas , kemampuan luar biasa otak untuk terus beradaptasi, berubah, dan bahkan membentuk koneksi baru sepanjang hidup Rekan PSAK. Dan kabar baiknya, kemampuan ini bisa kita latih untuk membuat otak lebih kebal terhadap stres. Di dunia yang serba cepat, tekanan kerja, drama pribadi, hingga kemacetan jalanan bisa jadi pemicu stres yang tiada henti. Kita sering merasa lelah, kewalahan, dan otak jadi "lemot." Tapi bagaimana jika saya katakan bahwa stres itu justru bisa jadi kesempatan untuk membuat otak Rekan PSAK lebih tangguh? Ini bukan o...