Langsung ke konten utama

Featured post

Menguasai Stres dalam Karir yang Dinamis: Kunci Sukses Berbasis Neurosains untuk Kesuksesan Profesional di Lingkungan Kerja

  Stres adalah sesuatu yang tak terhindarkan dalam kehidupan kita, terutama di dunia profesional yang penuh tekanan. Namun, tahukah rekan-rekan profesional bahwa stres bisa menjadi senjata makan tuan, merusak kesehatan fisik dan mental kita? Ini bukanlah sekadar omong kosong. Stres yang kronis atau tidak terkendali dapat menghancurkan produktivitas kita , meningkatkan ketidakhadiran, dan bahkan meningkatkan risiko kecelakaan di tempat kerja. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa mengatasi ini? Ada satu jawaban yang menarik: Neurosains atau keilmuan saraf serta otak . Melalui pe maham an bagaimana otak kita merespons stres, maka kita bisa mengendalikannya dengan lebih efektif. Ketika rekan-rekan profesional merasakan stress fisik dan psikologis , otak akan melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Ini adalah persiapan tubuh kita untuk menghadapi ancaman. Ini adalah rekasi berantai yang dimulai teraktifkannya bagian otak, yaitu amidgala. Organ ini berfungsi menga

TRANSCRANIAL LLLT


Telah diketahui bahwa gangguan depresi terjadi karena adanya permasalahan pada tingkat seluler.  Metabolisme di tingkat seluler, khususnya mitokondria mengalami disfungsi sehingga terjadi produksi yang menggangu metabolisme sel saraf.  Hal ini dikarenakan adanya inflamasi atau pembengkakan pada jaringan saraf.  Proses inflamasi ini menghasilkan protein yang memberikan sinyal kepada sistem kekebalan tubuh.  Proses yang terjadi pada tingkatan seluler ini mempengaruhi kerja pada tingkatan jaringan dan organ. 

Oleh karena itu permasalahan depresi harus ditangani dengan intervensi yang mampu menjangkau tingkat seluler.  Bagaimana mekanisme metabolisme di tingkat sel diperbaiki sehingga akan berdampak positif di tingkatan jaringan dan organ.  Bahkan pada tingkatan yang komplek, perbaikan di tingkat seluler ini diharapkan dapat memperbaiki sistem kerja organ dan tubuh secara keseluruhan.
Salah satu intervensi depresi adalah dengan menggunakan laser dengan intensitas rendah (low laser light therapy / LLT).  Terapi ini prinsipnya adalah menggunakan cahaya untuk memperbaiki metabolisme tubuh.  Sudah kita ketahui bahwa cahaya matahari memiliki dampak positif pada tubuh bahkan tingkatan sel.  Hal inilah yang dijadikan dasar bagaimana radiasi cahaya digunakan untuk memperbaiki jaringan ataupun organ yang memiliki masalah. Prinsip iniliah yang disebut dengan 

Photobiomodulation. 
Pemberian cahaya dalam bentuk photobiomodulation adalah kunci perubahan fisiologi. Hal ini terjadi dengan meningkatkan sekresi atau pengeluaran protein (sitokines) yang bersifat anti inflamasi.  Pemberian paparan cahaya tersebut juga menurunkan kadar sekresi protein yang memperburuk inflamasi.  Hal tersebut juga menurunkan tingkatan apoptosis. 

Pada tingkatan jaringan, aliran darah menjadi meningkat.  Aliran darah menjadi lancar, yang pada akhirnya memperbaiki metabolisme di tingkat jaringan.  Di sisi lain, pemberian cahaya akan menurunkan pengeluaran cairan limfatik. Kedua hal ini akan meningkatkan proses metabolisme di jaringan yang menekan pembentukan oedema (pembengkakan karena carian limfatik).  Oedema disebut juga sembab, yaitu meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan). Oedema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general).Pada akhirnya proses penyembuhan terjadi melalui proses angiogenesis, migrasi sel, dan pembentukan kolagen.  Angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru dalam tubuh manusia, dan merupakan proses alamiah yang berperan penting dalam penyembuhan luka dan reproduksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Schiffer dan kawan-kawan (2009) menunjukkan pemberian sinar laser memperbaiki pasien dengan depresi berat serta kecemasan.  Pemberian LLT pada 10 pasein selama 4 menit setelah dua minggu menurunkan skala depresi sebanyak 10 poin (23,9 menjadi 13,2).  Meskipun pemberian LLT setelah 4 minggu, simptomp depresi tersebut mulai menghilang. 

Gangguan atau masalah kesehatan yang dapat menerima treatment photobiomodulation atau LLLT.  Untuk gangguan psikiatrik antara lain adalah depresi berat, gagasan untuk bunuh diri, kecemasan akut, kecanduan, post traumatic stress disorder, dan insomnia.  Photobiomodulation adalah salah satu alternatif untuk permasalahan gangguan di otak.  Sampai saat ini belum ditemukan obat yang benar-benar efektif dalam menangani masalah traumatic brain injury dan anti depressan.  Penggunaan obat terbukti memberikan efek samping bagi pengguna. 

DAFTAR PUSTAKA
Hamblin, M.R. (2016). Photobiomodulation for the brain: has the light dawned? Biochemical Society, Desember 2016; 24-28.

Schiffer, F., Johnston, A.L., Ravichandran, C., Polcari, A., Teicher, M.H., Webb, R.H., & Hamblin, M.R. Psychological benefits 2 and 4 weeks after a single treatment with near infrared light to the forehead: a pilot study of 10 patients with major depression and anxiety. Behav Brain Funct, 5, 46 (2009).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenali Pengertian Stres dan Gejalanya! Awas Jangan Sampai Penanganannya Terlambat

  Waspadai saat mengalami stres ya Sobat PSAK! Karena ini akan berdampak kepada perilaku yang tidak normatif dan produktif. Bahkan merujuk kepada memburuknya kesehatan mental. Saat ini potensi stres penduduk dunia meningkat dengan tajam. Terlebih adanya pandemi   Covid-19 yang belum tahu kapan usia, potensi lock down atau PSBB, dan kerja dari rumah (Work from Home) membuat tekanan fisik dan mental meninggi.   Ini dapat memicu stres yang berkepanjangan. Ilustrasi stres (Foto: Pexels) Secara sepintas stres tampak seperti kelelahan baik fisik dan mental.   Namun jika berkelanjutan dan terjadi dalam jangka waktu panjang akan menjadi stres kronis serta menganggu kejiwaan.   Apa sih pengertian stres? Yuk, kita kenali hal ini lebih dalam sehingga Sobat PSAK dapat mencegah ataupun punya strategi agar Sobat PSAK tidak mengalami stres berlebih. Apa itu Pengertian Stres? Stres adalah respons tubuh kita terhadap tekanan. Banyak situasi atau peristiwa kehidupan yang berbeda dapat menyeb

Kenali Ciri Gangguan Belajar Anak: Waspadai dan Tangani Sejak Usia Sekolah Dasar!

Saat buah hati berusia sekolah dasar, maka mereka seharusnya memiliki kemampuan belajar yang baik.   Kesiapan belajar ini dipersiapkan di usia taman kanak-kanak.   Namun demikian perkembangan otak dan mental anak untuk siap belajar adalah pada umumnya berada di usia 8 tahun ke atas.   Sobat PSAK, sebelum kita membahas kesulitan belajar atau disebut juga gangguan belajar, mari kita dalami apa itu kegiatan belajar. Dalam bahasa Inggris terminologi ini dikenal dengan learning disablity . Namun untuk diagnosa dari masalah ini pada siswa dikenakan istilah learning disorder atau gangguan belajar. Sekilas kegiatan belajar bersifat sederhana dan sepele.  Belajar adalah kegiatan perolehan informasi baru, perilaku, atau kemampuan setelah latihan, pengamatan, atau pengalaman lain.  Kegiatan ini kemudian dibuktikan dengan perubahan dalam perilaku, pengetahuan, atau fungsi otak.  Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip dari anak belajar adalah adanya perubahan perilaku, pengetahuan, atau fu

Apa Penyebab Gangguan Belajar? Waspadai Potensi Putus Sekolah dari Anak dengan Gangguan Belajar

    Ilustrasi anak sedang belajar (Foto: Pexels) Jika ditelaah lebih dalam dan sederhana, masalah kesulitan belajar adalah sekelompok masalah fungsi saraf atau berbasis otak yang memengaruhi satu atau lebih cara seseorang menerima, menyimpan, atau menggunakan informasi. Penyebab dari gangguan belajar ini adalah akibat dari berbagai kondisi lho! Hal tersebut mencakup kondisi seperti ketidakmampuan menanggapi secara tepat rangsangan dari indera, cedera di otak, gangguan minimal dari tidak bekerjanya otak secara normal, disleksia (kesulitan membaca), dan kehilangan kemampuan berbicara (afasia) pada perkembangan. Gangguan belajar tidak termasuk masalah yang disebabkan oleh ketidakmampuan penglihatan, pendengaran, atau gerak otot, keterbelakangan mental, gangguan emosional, atau masalah lingkungan, budaya, atau ekonomi.  Uraian ini menekankan bahwa gangguan gangguan belajar terjadi karena adanya masalah pada fungsi penerimaan, pengolahan, dan respon informasi yang dilakukan saraf