Langsung ke konten utama

Featured post

Stop Bilang Stres Itu Penyakit Mental! Otak Primitif Anda Cuma Panik!

Ilustrasi stres (Pexel.com) Agus Syarifudin Partadiredja Tanuarga Pernah merasa jantung berdebar kencang, tangan dingin, atau napas tersengal-sengal padahal Rekan PSAK cuma dikejar deadline atau berhadapan dengan atasan yang lagi bad mood ? Selamat, Rekan PSAK baru saja merasakan respons fight-or-flight klasik. Tapi jangan langsung cap diri Rekan PSAK punya masalah kecemasan atau "penyakit mental" lainnya. Seringkali, ini bukan tentang kesehatan mental yang rapuh, melainkan karena otak primitif Rekan PSAK sedang dalam mode siaga. Kita sering menganggap stres sebagai momok modern yang identik dengan gaya hidup serba cepat. Tapi sebenarnya, respons stres adalah fitur bawaan yang sudah ada sejak nenek moyang kita harus berhadapan dengan predator ganas di sabana. Ini bukan kelemahan, melainkan sebuah mekanisme bertahan hidup yang luar biasa canggih. Otak Primitif: Alarm Anti-Punah Rekan PSAK Di dalam kepala kita, ada dua bagian otak yang punya peran sangat besar dalam u...

TERAPI DEPRESI DENGAN AKUPUNTUR WEBER

Agus Syarifudin

Pengaruh Cahaya Terhadap Sindrom Depresi
Gangguan mood telah lama dikaitkan dengan cahaya (khususnya cahaya matahari) dan ritme sirkadian (proses biologis yang menunjukkan perputaran endogen dan berulang setiap sekitar 24 jam). Salah satu contohnya adalah gangguan afektif musiman di mana suasana hati berosilasi antara dysthymia (gangguan depresi) selama hari pendek di musim dingin panjang dan euthymia selama hari-hari musim panas yang panjang (Bedrosian & Nelson, 2017).

Sebagian dari hipotalamus mengontrol ritme sirkadian. Faktor cahaya seperti terang dan gelap juga bisa berdampak pada hal ini. Ketika gelap di malam hari, mata mengirim sinyal ke hipotalamus bahwa sudah waktunya untuk merasa lelah. Otak pada gilirannya, mengirimkan sinyal ke tubuh untuk melepaskan melatonin, yang membuat tubuh Anda lelah. Itulah mengapa ritme sirkadian cenderung bertepatan dengan siklus siang dan malam. Hal ini menjelaskan mengapa sangat sulit bagi pekerja shift untuk tidur di siang hari dan tetap terjaga di malam hari.

Glukokortikoid penting dalam respon stres melalui peran mereka dalam aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal, di mana mereka terlibat dalam loop umpan balik negatif untuk mempertahankan konsentrasi homeostatik hormon stres. Disregulasi glukokortikoid telah dikaitkan dengan sejumlah gangguan mood; khususnya, hypercortisolemia terdeteksi pada subset pasien depresi mayor. Cahaya secara langsung mempengaruhi sekresi glukokortikoid pada manusia, menunjukkan paparan cahaya yang salah berinteraksi dengan aksis hipotalamus-pituitari-adrenal dan respon stres (Bedrosian & Nelson, 2017). Sirkadian menyebar sebagian besar sistem yang diyakini mengendalikan suasana hati, termasuk daerah otak limbik, neurotransmitter monoamina dan hipotalamus-hipofisis - sumbu adrenal (Bedrosian & Nelson, 2017).

Fenomena ini menjadi dasar dalam terapi cahaya (phototherapy). Dimana cahaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sel mahluk hidup dan pada akhirnya berdampak pula kepada jaringan, ogran, dan sistem organ. Oleh karena itu cahaya memiliki efek terhadap depresi, maka hal ini pun dijadikan landasan dalam terapi depresi dengan menggunakan cahaya atau phototherapy.

Phototherapy
Aplikasi baru dan menarik dari phototherapy adalah di psikiatri, di mana hasil yang menggembirakan telah dicapai dalam pengobatan gangguan afektif musiman, yang relatif umum di negara-negara Nordik karena musim dingin yang gelap (Lingjærde, 1993). Depresi yang dihasilkan dari gangguan ini dikaitkan dengan rendah tingkat serotonin neurotransmitter di otak. Paparan cahaya meningkatkan tingkat ini, sehingga mengarah pada pengentasan gejala (Deguchi, 1979). Salah satu metode terapi phototherapy adalah dengan pemberian intravenous laser dengan sinar kuning. Hal ini memberikan efek terhadap depresi, yaitu meningkatkan serotonin dan memperbaiki sistem hormon tubuh (Weber, 2017).

Mekanisme biokimia dari terapi laser ini adalah dengan merangsang sel. Secara umum, ada struktur seluler spesifik yang mampu menyerap panjang gelombang tertentu (warna) cahaya (dikenal sebagai fotoreseptor). Pemberian sinar laser atau cahaya merangsang fotoreseptor Stimulus cahaya memberikan sinyal seluler yang mempengaruhi perilaku kimia, metabolisme, gerakan dan ekspresi gen. Semua enzim dan atau protein yang terkait dengan pemberian cahaya menjadi terpengaruh. Alur biokimia ke bawah ini dapat melintasi seluruh sel (Weber, 2017).

Pemberian laser dapat meningkatkan serotonin pada tubuh. Serotonin memainkan peran dalam patofisiologi depresi berasal dari studi tentang "rendahnya kadar tryptophan", di mana manipulasi diet ekstrim digunakan untuk menghasilkan penurunan zat tersebut. Sementara aktivitas serotonin otak diamati melalui berkurangnya ketersediaan asam amino prekursor yaitu tryptophan. Pada peserta sehat tanpa faktor risiko depresi, penipisan tryptophan tidak menghasilkan perubahan suasana hati yang signifikan secara klinis. Namun, pasien depresi yang sembuh bebas pengobatan dapat menunjukkan gejala singkat depresi karena kekurangan zat tersebut yang relevan secara klinis (Cowen & Browning, 2015). 

 Lebih lanjut Cowen dan Bowning (2015) menjelaskan bahwa turunnya kadar tryptophan diharapkan akan merusak efek serotonin, yang mengarah ke akses lebih besar ke pola berpikir negatif. Pada individu di mana pola pemikiran negatif yang sangat suram telah terbentuk selama episode depresif sebelumnya, penurunan kadar tryptophan dapat menyebabkan pengalaman tersebut mudah terjadi kembali. Hal ini pun akan mengarah pada kembalinya gejala depresi yang signifikan secara klinis.

Pemberian laser juga dapat memperbaiki hormon tubuh. Produksi hormon ini berkaitan dengan tingkat depresi. Telah diketahui bahwa perubahan hormonal dapat menyebabkan perubahan emosional yang signifikan dan sebaliknya, karena perubahan dalam sistem saraf pusat, tindakan hormon pada reseptor spesifik atau oleh perubahan metabolik. Oleh karena itu, gangguan endokrin sebagai penghasil homon di tubuh menjadi salah satu kemungkinan penyebab depresi. Hormon corticotrophin, kortisol, estrogen, progesteron dan hormon tiroid diidentifikasi sebagai hormon utama yang berhubungan dengan depresi. Hormon-hormon ini sangat penting untuk fungsi metabolisme yang tepat, oleh karena itu, diamati bahwa perubahan hormonal dapat berkontribusi pada perkembangan depresi serta memperburuk atau bahkan menghambat perawatan pasien yang sudah memiliki gangguan (de Souza Duarte, 2017).

Referensi
Cowen, P.J. & Browning, M. (2015). What has serotonin to do with depression? World Psychiatry 14:2 - June 2015.

de Souza Duarte, N., de Almeida Corrêa, L. M., Assunção, L. R., de Menezes, A. A., de Castro, O. B., & Teixeira, L. F. (2017). Relation between Depression and Hormonal Dysregulation. Open Journal of Depression, 6, 69-78. https://doi.org/10.4236/ojd.2017.63005

Weber, M. (2017). WeberSystemic (Intravenous) Laser Therapy with the Weberneedle® Endolaser Technology. Diakses dari http://www.ec3health.com/wp-content/uploads/2017/06/IV-Laser-Presentation.pdf





Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Tanda Kamu Mengalami Stres Berkepanjangan Tapi Tidak Sadar: Waspadai Bahayanya bagi Otak, Emosi, dan Iman

Ilustrasi stres yang tidak disadari Banyak dari kita berpikir stres hanya terjadi saat menghadapi masalah besar. Padahal, stres juga bisa datang diam-diam—menumpuk perlahan dalam rutinitas, tanpa kita sadari. Inilah yang disebut sebagai stres kronis tersembunyi . Ia bisa berdampak pada kesehatan fisik, mental, bahkan spiritual kita, bila tidak ditangani dengan tepat. Stres kronis terjadi ketika tubuh dan pikiran terus-menerus dalam kondisi "siaga". Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu fungsi otak, merusak sistem saraf, dan melemahkan daya tahan tubuh. Yang lebih serius, stres juga bisa menjauhkan kita dari rasa tenang dan keikhlasan dalam beribadah. Berikut adalah 5 tanda kamu mungkin sedang mengalami stres berkepanjangan tanpa disadari : 1. Merasa Lelah Meski Sudah Tidur Cukup Tidur 7–8 jam semalam, tapi tetap merasa lelah saat bangun? Ini bisa jadi pertanda tubuhmu tidak benar-benar istirahat. Stres membuat kualitas tidur menurun, meski durasinya cukup. Aki...

Kenali Ciri Gangguan Belajar Anak: Waspadai dan Tangani Sejak Usia Sekolah Dasar!

Saat buah hati berusia sekolah dasar, maka mereka seharusnya memiliki kemampuan belajar yang baik.   Kesiapan belajar ini dipersiapkan di usia taman kanak-kanak.   Namun demikian perkembangan otak dan mental anak untuk siap belajar adalah pada umumnya berada di usia 8 tahun ke atas.   Sobat PSAK, sebelum kita membahas kesulitan belajar atau disebut juga gangguan belajar, mari kita dalami apa itu kegiatan belajar. Dalam bahasa Inggris terminologi ini dikenal dengan learning disablity . Namun untuk diagnosa dari masalah ini pada siswa dikenakan istilah learning disorder atau gangguan belajar. Sekilas kegiatan belajar bersifat sederhana dan sepele.  Belajar adalah kegiatan perolehan informasi baru, perilaku, atau kemampuan setelah latihan, pengamatan, atau pengalaman lain.  Kegiatan ini kemudian dibuktikan dengan perubahan dalam perilaku, pengetahuan, atau fungsi otak.  Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip dari anak belajar adalah adanya perubahan p...

Dari Otak Primitif ke Otak Kolaboratif: Mengapa Kita Terlahir untuk Bekerja Sama?

Kini saatnya untuk bekerjasama meski dalam persaiangan. Kolaborasi adalah keniscayaan untuk mencapai kemajuan Sobat PSAK, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa manusia memiliki naluri untuk bekerja sama? Jawabannya terletak pada evolusi dan sains di balik otak kita. Evolusi dan Naluri Kolaborasi Manusia adalah makhluk sosial yang berevolusi untuk hidup dan berburu dalam kelompok. Kemampuan kita untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan satu sama lain sangat penting untuk kelangsungan hidup kita. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia telah bekerja sama dalam kelompok besar selama ratusan ribu tahun. Otak Kolaboratif: Rahasia di Balik Kerjasama Otak manusia memiliki beberapa fitur yang membuatnya sangat cocok untuk kolaborasi. Berikut beberapa contohnya: Mirror Neuron. Sel saraf khusus ini aktif saat kita melihat orang lain melakukan suatu tindakan, seperti tersenyum atau meniru gerakan. Mirror neuron membantu kita untuk memahami dan meniru orang lain, y...