Langsung ke konten utama

Featured post

Menguasai Stres dalam Karir yang Dinamis: Kunci Sukses Berbasis Neurosains untuk Kesuksesan Profesional di Lingkungan Kerja

  Stres adalah sesuatu yang tak terhindarkan dalam kehidupan kita, terutama di dunia profesional yang penuh tekanan. Namun, tahukah rekan-rekan profesional bahwa stres bisa menjadi senjata makan tuan, merusak kesehatan fisik dan mental kita? Ini bukanlah sekadar omong kosong. Stres yang kronis atau tidak terkendali dapat menghancurkan produktivitas kita , meningkatkan ketidakhadiran, dan bahkan meningkatkan risiko kecelakaan di tempat kerja. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa mengatasi ini? Ada satu jawaban yang menarik: Neurosains atau keilmuan saraf serta otak . Melalui pe maham an bagaimana otak kita merespons stres, maka kita bisa mengendalikannya dengan lebih efektif. Ketika rekan-rekan profesional merasakan stress fisik dan psikologis , otak akan melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Ini adalah persiapan tubuh kita untuk menghadapi ancaman. Ini adalah rekasi berantai yang dimulai teraktifkannya bagian otak, yaitu amidgala. Organ ini berfungsi menga

Sekolah Play Group dan Taman Kanak-Kanak untuk Anak Berkebutuhan Khusus.

Agus Syarifudin 

Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.

Pelayanan anak berkebutuhan khusus pada usia dini dapat dilakukan setelah anak diduga mengalami masalah tumbuh kembang. Oleh karena itu pendidikan anak berkebutuhan khusus harus berbeda dengan anak normal. Hal ini dikarenakan adanya penyesuaian pelayanan pendidikan terhadap hambatan yang dimiliki.

Anak berkebutuhan khusus dibawah usia lima tahun secara mudah dapat diketahui oleh orang tua ketika mengalami masalah keterlambatan tumbuh kembang. Masalah tumbuh kembang pada anak usia dini yang dapat diduga ataupun didiagnosa sejak usia dini antara lain Autisme Spectrum Disorder (ASD), Global Development Delay, Cerebral Palsy, Down Syndrome, Slow Learner, Borderline, ADHD, dan gangguan Sensory Processing Disorder (SPD) atau Sensory Integration Disfunction.

Beberapa ciri anak usia dini (dibawah 5 tahun) mengalami masalah tumbuh kembang di atas antara lain:
1. Tidak dapat focus melihat/menatap mata kita saat berbicara
2. Mengalami keterlambatan bicara
3. Tata bahasa yang susunannya terbalik, atau bahkan “membeo” menirukan apa yang kita tanyakan.
4. Mereka dalam sosialisasi lebih senang menyendiri/ asyik dengan dunianya sendiri
5. Olah motorik, koordinasi antara otak dan otot yang kurang sesuai atau mengalami keterlambatan.
6. Cara berkomunikasi pada kasus-kasus tertentu menggunakan fisik, karena tidak dapat mengolah rasa (mengenal sedih, senang, marah, benci dan bahagia).
7. Termasuk tidak memiliki rasa motivasi/dorongan dalam sosialisasi dan kompetisi
8. Tidak dapat melakukan aktifitas keseharian dengan mandiri, makan minum, meletakkan sesuatu pada tempatnya, harus dengan pengarahan dan konsistensi.
9. Memiliki gangguan dalam belajar dan emosi.

Jika dirasakan buah hati mengalami hal di atas, maka sebaiknya diperiksakan ke psikolog anak ataupun dokter anak. Setelah itu segera untuk diintervensi atau diterapi untuk memperbaiki fungsi yang bermasalah tersebut. Akan lebih baik jika sekolah usia dini yaitu TK dan PAUD tersebut terintegrasi dengan pelayanan terapi.

Karakteristik dan hambatan yang dimilki, anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Mereka membutuhkan fasilitasi dan kondisi belajar yang sesuai dengan kekurangan dari tiap individu. Oleh karena itu pelayanan pendidikan usia dini bagi anak berkebutuhan khusus seharusnya terintegrasi dengan proses terapi. Hal ini ditujukan untuk memperbaiki dan mengoptimalkan fungsi tubuh yang mengalami hambatan.

Pelayanan pendidikan anak usia dini sebaiknya terkait dengan tuntutak di Sekolah Dasar  antara lain
1. Pembelajaran Pengenalan Membaca, Tulis, Berhitung dan Sosialisasi
2. Fisioterapi
3. Renang dan Hidroterapi
4. Terapi Sensori Integrasi
5. Pelayanan Dokter umum dan Gigi

Pelayanan yang diberikan tersebut terintegrasi antara pendidikan dengan terapi. Sehingga proses perbaikan fungsi diharapkan menjadi optimal karena dibantu dengan tumbuh kembang anak yang mengalami golden age period di usia 5 tahun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenali Pengertian Stres dan Gejalanya! Awas Jangan Sampai Penanganannya Terlambat

  Waspadai saat mengalami stres ya Sobat PSAK! Karena ini akan berdampak kepada perilaku yang tidak normatif dan produktif. Bahkan merujuk kepada memburuknya kesehatan mental. Saat ini potensi stres penduduk dunia meningkat dengan tajam. Terlebih adanya pandemi   Covid-19 yang belum tahu kapan usia, potensi lock down atau PSBB, dan kerja dari rumah (Work from Home) membuat tekanan fisik dan mental meninggi.   Ini dapat memicu stres yang berkepanjangan. Ilustrasi stres (Foto: Pexels) Secara sepintas stres tampak seperti kelelahan baik fisik dan mental.   Namun jika berkelanjutan dan terjadi dalam jangka waktu panjang akan menjadi stres kronis serta menganggu kejiwaan.   Apa sih pengertian stres? Yuk, kita kenali hal ini lebih dalam sehingga Sobat PSAK dapat mencegah ataupun punya strategi agar Sobat PSAK tidak mengalami stres berlebih. Apa itu Pengertian Stres? Stres adalah respons tubuh kita terhadap tekanan. Banyak situasi atau peristiwa kehidupan yang berbeda dapat menyeb

Kenali Ciri Gangguan Belajar Anak: Waspadai dan Tangani Sejak Usia Sekolah Dasar!

Saat buah hati berusia sekolah dasar, maka mereka seharusnya memiliki kemampuan belajar yang baik.   Kesiapan belajar ini dipersiapkan di usia taman kanak-kanak.   Namun demikian perkembangan otak dan mental anak untuk siap belajar adalah pada umumnya berada di usia 8 tahun ke atas.   Sobat PSAK, sebelum kita membahas kesulitan belajar atau disebut juga gangguan belajar, mari kita dalami apa itu kegiatan belajar. Dalam bahasa Inggris terminologi ini dikenal dengan learning disablity . Namun untuk diagnosa dari masalah ini pada siswa dikenakan istilah learning disorder atau gangguan belajar. Sekilas kegiatan belajar bersifat sederhana dan sepele.  Belajar adalah kegiatan perolehan informasi baru, perilaku, atau kemampuan setelah latihan, pengamatan, atau pengalaman lain.  Kegiatan ini kemudian dibuktikan dengan perubahan dalam perilaku, pengetahuan, atau fungsi otak.  Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip dari anak belajar adalah adanya perubahan perilaku, pengetahuan, atau fu

Apa Penyebab Gangguan Belajar? Waspadai Potensi Putus Sekolah dari Anak dengan Gangguan Belajar

    Ilustrasi anak sedang belajar (Foto: Pexels) Jika ditelaah lebih dalam dan sederhana, masalah kesulitan belajar adalah sekelompok masalah fungsi saraf atau berbasis otak yang memengaruhi satu atau lebih cara seseorang menerima, menyimpan, atau menggunakan informasi. Penyebab dari gangguan belajar ini adalah akibat dari berbagai kondisi lho! Hal tersebut mencakup kondisi seperti ketidakmampuan menanggapi secara tepat rangsangan dari indera, cedera di otak, gangguan minimal dari tidak bekerjanya otak secara normal, disleksia (kesulitan membaca), dan kehilangan kemampuan berbicara (afasia) pada perkembangan. Gangguan belajar tidak termasuk masalah yang disebabkan oleh ketidakmampuan penglihatan, pendengaran, atau gerak otot, keterbelakangan mental, gangguan emosional, atau masalah lingkungan, budaya, atau ekonomi.  Uraian ini menekankan bahwa gangguan gangguan belajar terjadi karena adanya masalah pada fungsi penerimaan, pengolahan, dan respon informasi yang dilakukan saraf