Langsung ke konten utama

Featured post

Stop Bilang Stres Itu Penyakit Mental! Otak Primitif Anda Cuma Panik!

Ilustrasi stres (Pexel.com) Agus Syarifudin Partadiredja Tanuarga Pernah merasa jantung berdebar kencang, tangan dingin, atau napas tersengal-sengal padahal Rekan PSAK cuma dikejar deadline atau berhadapan dengan atasan yang lagi bad mood ? Selamat, Rekan PSAK baru saja merasakan respons fight-or-flight klasik. Tapi jangan langsung cap diri Rekan PSAK punya masalah kecemasan atau "penyakit mental" lainnya. Seringkali, ini bukan tentang kesehatan mental yang rapuh, melainkan karena otak primitif Rekan PSAK sedang dalam mode siaga. Kita sering menganggap stres sebagai momok modern yang identik dengan gaya hidup serba cepat. Tapi sebenarnya, respons stres adalah fitur bawaan yang sudah ada sejak nenek moyang kita harus berhadapan dengan predator ganas di sabana. Ini bukan kelemahan, melainkan sebuah mekanisme bertahan hidup yang luar biasa canggih. Otak Primitif: Alarm Anti-Punah Rekan PSAK Di dalam kepala kita, ada dua bagian otak yang punya peran sangat besar dalam u...

5 Tanda Kamu Mengalami Stres Berkepanjangan Tapi Tidak Sadar: Waspadai Bahayanya bagi Otak, Emosi, dan Iman

Ilustrasi stres yang tidak disadari


Banyak dari kita berpikir stres hanya terjadi saat menghadapi masalah besar. Padahal, stres juga bisa datang diam-diam—menumpuk perlahan dalam rutinitas, tanpa kita sadari. Inilah yang disebut sebagai stres kronis tersembunyi. Ia bisa berdampak pada kesehatan fisik, mental, bahkan spiritual kita, bila tidak ditangani dengan tepat.

Stres kronis terjadi ketika tubuh dan pikiran terus-menerus dalam kondisi "siaga". Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu fungsi otak, merusak sistem saraf, dan melemahkan daya tahan tubuh. Yang lebih serius, stres juga bisa menjauhkan kita dari rasa tenang dan keikhlasan dalam beribadah.

Berikut adalah 5 tanda kamu mungkin sedang mengalami stres berkepanjangan tanpa disadari:

1. Merasa Lelah Meski Sudah Tidur Cukup

Tidur 7–8 jam semalam, tapi tetap merasa lelah saat bangun? Ini bisa jadi pertanda tubuhmu tidak benar-benar istirahat. Stres membuat kualitas tidur menurun, meski durasinya cukup. Akibatnya, kamu tetap merasa lesu di pagi hari, dan energi cepat habis sepanjang hari.

2. Emosi Mudah Meledak

Kamu jadi mudah tersinggung, marah hanya karena hal kecil, atau merasa semuanya mengganggu? Respons emosional yang tidak proporsional bisa menjadi tanda sistem saraf sedang kelelahan. Otak yang terus-menerus terpapar stres akan lebih cepat masuk ke mode “fight or flight”, membuat emosi lebih sulit dikendalikan.

3. Sulit Fokus dan Mudah Lupa

Konsentrasi menurun, pikiran sering melayang, atau susah menyelesaikan pekerjaan dengan tenang? Itu bisa jadi efek dari kadar kortisol yang terus tinggi akibat stres. Dalam kondisi ini, bagian otak yang berperan dalam pengambilan keputusan dan fokus tidak bisa bekerja optimal.

4. Menarik Diri dari Sosial

Kamu mulai enggan bersosialisasi, merasa malas berinteraksi, atau justru lebih suka menyendiri terus-menerus? Stres kronis bisa membuatmu kehabisan energi sosial. Tanpa sadar, kamu mulai kehilangan semangat untuk terhubung dengan orang lain.

5. Ibadah Terasa Berat atau Kosong

Saat stres berkepanjangan, bukan hanya tubuh dan pikiran yang terdampak—tetapi juga jiwa. Banyak orang merasa ibadah menjadi beban, tidak tenang saat salat, atau kehilangan makna dalam rutinitas spiritual. Ini bisa menjadi pertanda bahwa stres sudah masuk ke ranah spiritual.

🌿 Saatnya Menyembuhkan Diri: Gabungkan Neurosains & Islam

Memahami stres dari sisi neurosains sangat penting—karena kita jadi tahu bagaimana otak dan hormon bekerja dalam menghadapi tekanan. Tapi memahami stres dari sisi Islam jauh lebih menenangkan, karena ia mengajak kita kembali ke keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal.

Melalui webinar “Mengatasi Stres Berkepanjangan: Pendekatan Neurosains Islam”, kami akan membahas akar stres kronis dan cara mengatasinya, dengan pendekatan ilmiah dan spiritual. Persiapkan diri rekan-rekan untuk acara ini di bulan September 2025.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenali Ciri Gangguan Belajar Anak: Waspadai dan Tangani Sejak Usia Sekolah Dasar!

Saat buah hati berusia sekolah dasar, maka mereka seharusnya memiliki kemampuan belajar yang baik.   Kesiapan belajar ini dipersiapkan di usia taman kanak-kanak.   Namun demikian perkembangan otak dan mental anak untuk siap belajar adalah pada umumnya berada di usia 8 tahun ke atas.   Sobat PSAK, sebelum kita membahas kesulitan belajar atau disebut juga gangguan belajar, mari kita dalami apa itu kegiatan belajar. Dalam bahasa Inggris terminologi ini dikenal dengan learning disablity . Namun untuk diagnosa dari masalah ini pada siswa dikenakan istilah learning disorder atau gangguan belajar. Sekilas kegiatan belajar bersifat sederhana dan sepele.  Belajar adalah kegiatan perolehan informasi baru, perilaku, atau kemampuan setelah latihan, pengamatan, atau pengalaman lain.  Kegiatan ini kemudian dibuktikan dengan perubahan dalam perilaku, pengetahuan, atau fungsi otak.  Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip dari anak belajar adalah adanya perubahan p...

Dari Otak Primitif ke Otak Kolaboratif: Mengapa Kita Terlahir untuk Bekerja Sama?

Kini saatnya untuk bekerjasama meski dalam persaiangan. Kolaborasi adalah keniscayaan untuk mencapai kemajuan Sobat PSAK, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa manusia memiliki naluri untuk bekerja sama? Jawabannya terletak pada evolusi dan sains di balik otak kita. Evolusi dan Naluri Kolaborasi Manusia adalah makhluk sosial yang berevolusi untuk hidup dan berburu dalam kelompok. Kemampuan kita untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan satu sama lain sangat penting untuk kelangsungan hidup kita. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia telah bekerja sama dalam kelompok besar selama ratusan ribu tahun. Otak Kolaboratif: Rahasia di Balik Kerjasama Otak manusia memiliki beberapa fitur yang membuatnya sangat cocok untuk kolaborasi. Berikut beberapa contohnya: Mirror Neuron. Sel saraf khusus ini aktif saat kita melihat orang lain melakukan suatu tindakan, seperti tersenyum atau meniru gerakan. Mirror neuron membantu kita untuk memahami dan meniru orang lain, y...