Langsung ke konten utama

Featured post

Stop Bilang Stres Itu Penyakit Mental! Otak Primitif Anda Cuma Panik!

Ilustrasi stres (Pexel.com) Agus Syarifudin Partadiredja Tanuarga Pernah merasa jantung berdebar kencang, tangan dingin, atau napas tersengal-sengal padahal Rekan PSAK cuma dikejar deadline atau berhadapan dengan atasan yang lagi bad mood ? Selamat, Rekan PSAK baru saja merasakan respons fight-or-flight klasik. Tapi jangan langsung cap diri Rekan PSAK punya masalah kecemasan atau "penyakit mental" lainnya. Seringkali, ini bukan tentang kesehatan mental yang rapuh, melainkan karena otak primitif Rekan PSAK sedang dalam mode siaga. Kita sering menganggap stres sebagai momok modern yang identik dengan gaya hidup serba cepat. Tapi sebenarnya, respons stres adalah fitur bawaan yang sudah ada sejak nenek moyang kita harus berhadapan dengan predator ganas di sabana. Ini bukan kelemahan, melainkan sebuah mekanisme bertahan hidup yang luar biasa canggih. Otak Primitif: Alarm Anti-Punah Rekan PSAK Di dalam kepala kita, ada dua bagian otak yang punya peran sangat besar dalam u...

Self-Regulation dan Evolusi Kepemimpinan Manusia

 

Foto: Pexels

Agus Syarifudin Partadiredja Tanuarga



Kepemimpinan sering kali dikaitkan dengan kemampuan teknis atau kecerdasan intelektual (IQ), namun pendekatan evolusioner terhadap fungsi eksekutif dan regulasi diri memberikan wawasan yang lebih mendalam. Menurut teori ini, fungsi eksekutif (EF), yang mencakup kemampuan untuk mengatur diri sendiri, tidak hanya berkembang untuk menyelesaikan masalah pribadi, tetapi juga untuk mendukung tujuan sosial dalam konteks interaksi manusia. Proses ini sangat penting dalam organisasi modern, di mana pemimpin tidak hanya perlu memiliki keterampilan teknis, tetapi juga kemampuan untuk mengelola perilaku diri dan orang lain dalam situasi yang penuh tantangan.

Teori evolusioner ini menantang pandangan tradisional tentang kepemimpinan, yang seringkali lebih mengutamakan kemampuan teknis atau kecerdasan. Fungsi eksekutif manusia, seperti pengaturan perhatian, pengambilan keputusan yang fleksibel, dan penghambatan impuls, muncul sebagai respons terhadap tantangan sosial dalam kelompok manusia. Dalam kelompok besar, di mana individu harus bekerja sama dan mengelola hubungan antarpribadi yang kompleks, kemampuan untuk menunda kepuasan atau menyesuaikan perilaku untuk jangka panjang menjadi sangat penting untuk kelangsungan hidup dan kesuksesan sosial (Barkley, 2001).

Berkaitan dengan kepemimpinan, fungsi eksekutif ini tidak hanya mempengaruhi bagaimana pemimpin membuat keputusan strategis atau mengelola tugas yang berbeda secara bersamaan, tetapi juga bagaimana mereka memengaruhi dan membimbing orang lain. Pemimpin yang baik harus mampu menahan impuls, membuat perencanaan jangka panjang, dan memotivasi diri mereka sendiri serta orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain, regulasi diri, yang merupakan bagian integral dari fungsi eksekutif, memungkinkan pemimpin untuk tetap fokus pada tujuan meskipun ada banyak gangguan atau tekanan dari lingkungan sekitarnya.

Pentingnya regulasi diri dalam konteks kepemimpinan dapat dipahami dengan lebih baik melalui lensa neuroscience. Sebagai contoh, bagian otak yang terlibat dalam regulasi diri, yaitu prefrontal cortex, berfungsi untuk menekan impuls-impuls yang tidak sesuai dengan tujuan jangka panjang. Kemampuan untuk menahan diri dalam menghadapi godaan atau tekanan sesaat merupakan faktor yang membedakan pemimpin yang efektif dari yang tidak efektif. Hal ini tidak hanya berlaku dalam pengambilan keputusan strategis, tetapi juga dalam interaksi sehari-hari dengan tim, di mana pemimpin yang memiliki kemampuan regulasi diri yang tinggi dapat mempengaruhi lingkungan sosial mereka secara positif (Barkley, 2001).

Namun, pendekatan ini juga membawa kontroversi. Beberapa kritikus berargumen bahwa terlalu banyak fokus pada aspek biologis atau neuropsikologis dari kepemimpinan dapat mengabaikan faktor-faktor sosial dan budaya yang juga memainkan peran besar dalam membentuk perilaku pemimpin. Meskipun demikian, integrasi antara pemahaman tentang fungsi otak dan faktor sosial dalam kepemimpinan dapat menciptakan gambaran yang lebih holistik. Pemimpin yang tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga mampu mengatur emosi dan perilaku mereka serta memahami kebutuhan sosial tim mereka, akan lebih sukses dalam mencapai tujuan organisasi.

Secara keseluruhan, evolusi fungsi eksekutif yang mendukung regulasi diri membuka wawasan baru dalam perancangan kepemimpinan yang lebih adaptif. Pemimpin yang efektif adalah mereka yang dapat mengelola beban kognitif dan emosional dengan baik, sambil tetap berfokus pada tujuan jangka panjang yang berorientasi sosial. Pendekatan ini mengajak kita untuk melihat kepemimpinan tidak hanya sebagai hasil dari IQ atau keterampilan teknis, tetapi sebagai kemampuan untuk mengatur diri dan membimbing orang lain menuju kesuksesan bersama dalam lingkungan yang kompleks.

Referensi:

Barkley, R. A. (2001). The Executive Functions and Self-Regulation: An Evolutionary Neuropsychological Perspective. Neuropsychology Review

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Tanda Kamu Mengalami Stres Berkepanjangan Tapi Tidak Sadar: Waspadai Bahayanya bagi Otak, Emosi, dan Iman

Ilustrasi stres yang tidak disadari Banyak dari kita berpikir stres hanya terjadi saat menghadapi masalah besar. Padahal, stres juga bisa datang diam-diam—menumpuk perlahan dalam rutinitas, tanpa kita sadari. Inilah yang disebut sebagai stres kronis tersembunyi . Ia bisa berdampak pada kesehatan fisik, mental, bahkan spiritual kita, bila tidak ditangani dengan tepat. Stres kronis terjadi ketika tubuh dan pikiran terus-menerus dalam kondisi "siaga". Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu fungsi otak, merusak sistem saraf, dan melemahkan daya tahan tubuh. Yang lebih serius, stres juga bisa menjauhkan kita dari rasa tenang dan keikhlasan dalam beribadah. Berikut adalah 5 tanda kamu mungkin sedang mengalami stres berkepanjangan tanpa disadari : 1. Merasa Lelah Meski Sudah Tidur Cukup Tidur 7–8 jam semalam, tapi tetap merasa lelah saat bangun? Ini bisa jadi pertanda tubuhmu tidak benar-benar istirahat. Stres membuat kualitas tidur menurun, meski durasinya cukup. Aki...

Kenali Ciri Gangguan Belajar Anak: Waspadai dan Tangani Sejak Usia Sekolah Dasar!

Saat buah hati berusia sekolah dasar, maka mereka seharusnya memiliki kemampuan belajar yang baik.   Kesiapan belajar ini dipersiapkan di usia taman kanak-kanak.   Namun demikian perkembangan otak dan mental anak untuk siap belajar adalah pada umumnya berada di usia 8 tahun ke atas.   Sobat PSAK, sebelum kita membahas kesulitan belajar atau disebut juga gangguan belajar, mari kita dalami apa itu kegiatan belajar. Dalam bahasa Inggris terminologi ini dikenal dengan learning disablity . Namun untuk diagnosa dari masalah ini pada siswa dikenakan istilah learning disorder atau gangguan belajar. Sekilas kegiatan belajar bersifat sederhana dan sepele.  Belajar adalah kegiatan perolehan informasi baru, perilaku, atau kemampuan setelah latihan, pengamatan, atau pengalaman lain.  Kegiatan ini kemudian dibuktikan dengan perubahan dalam perilaku, pengetahuan, atau fungsi otak.  Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip dari anak belajar adalah adanya perubahan p...

Dari Otak Primitif ke Otak Kolaboratif: Mengapa Kita Terlahir untuk Bekerja Sama?

Kini saatnya untuk bekerjasama meski dalam persaiangan. Kolaborasi adalah keniscayaan untuk mencapai kemajuan Sobat PSAK, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa manusia memiliki naluri untuk bekerja sama? Jawabannya terletak pada evolusi dan sains di balik otak kita. Evolusi dan Naluri Kolaborasi Manusia adalah makhluk sosial yang berevolusi untuk hidup dan berburu dalam kelompok. Kemampuan kita untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan satu sama lain sangat penting untuk kelangsungan hidup kita. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia telah bekerja sama dalam kelompok besar selama ratusan ribu tahun. Otak Kolaboratif: Rahasia di Balik Kerjasama Otak manusia memiliki beberapa fitur yang membuatnya sangat cocok untuk kolaborasi. Berikut beberapa contohnya: Mirror Neuron. Sel saraf khusus ini aktif saat kita melihat orang lain melakukan suatu tindakan, seperti tersenyum atau meniru gerakan. Mirror neuron membantu kita untuk memahami dan meniru orang lain, y...