![]() |
Foto: Pexels Agus Syarifudin Partadiredja Tanuarga |
Pernahkah Anda mendengar tentang "game
intelligence" di dunia olahraga? Istilah ini merujuk pada kemampuan atlet
untuk membuat keputusan cepat, mengelola tekanan, dan beradaptasi dengan
situasi yang berubah-ubah dalam permainan. Tapi, tahukah Anda bahwa kemampuan
ini juga dapat diterapkan dalam dunia kerja, terutama dalam mencari calon
pemimpin yang unggul dalam pengambilan keputusan yang cepat dan fleksibel?
Terinspirasi oleh metodologi penilaian fungsi eksekutif pada atlet elit,
artikel ini mengusulkan pendekatan serupa untuk menilai calon pemimpin di dunia
profesional.
Dalam dunia olahraga, terutama sepak bola, keberhasilan
seorang pemain tidak hanya bergantung pada keterampilan fisik, tetapi juga pada
kemampuan kognitif yang mendalam. Studi tentang pemain sepak bola elit
menunjukkan bahwa fungsi eksekutif—seperti kreativitas, fleksibilitas kognitif,
dan penghambatan respons—memprediksi kinerja mereka di lapangan. Pemain yang
memiliki "game intelligence" yang tinggi dapat dengan cepat mengubah
strategi, mengingat berbagai kemungkinan, dan menyesuaikan tindakan mereka sesuai
dengan situasi yang berkembang. Mereka tidak hanya mengandalkan kemampuan
fisik, tetapi juga menggunakan kemampuan otak untuk mengevaluasi pilihan dan
mengambil keputusan yang efektif dalam waktu singkat.
Penerapan konsep ini dalam dunia kerja sangat relevan,
terutama dalam mencari pemimpin yang dapat mengelola tugas yang kompleks,
beradaptasi dengan cepat, dan membuat keputusan yang terinformasi meskipun
berada di bawah tekanan. Seperti halnya pemain sepak bola yang dapat
memprediksi langkah selanjutnya dalam permainan, pemimpin di dunia bisnis juga
harus mampu membaca situasi yang berkembang dan merespons dengan keputusan yang
tepat.
Menggunakan pendekatan neuropsikologi untuk mengidentifikasi
kemampuan "game intelligence" dalam pemimpin potensial dapat
dilakukan melalui tes-tes yang mengukur fungsi eksekutif mereka. Tes seperti
"Design Fluency" dan tes lainnya yang mengukur kemampuan memori
kerja, inhibisi, serta kreativitas dan fleksibilitas kognitif dapat membantu
menilai kemampuan seseorang dalam menangani multi-tasking dan pengambilan
keputusan yang cepat. Hasil dari tes ini tidak hanya mencerminkan kemampuan
teknis atau IQ seseorang, tetapi lebih kepada bagaimana seseorang mengelola
informasi yang terbatas dan menavigasi tantangan dalam konteks sosial dan
profesional.
Namun, penerapan metode ini dalam perekrutan dan penilaian
pemimpin di dunia kerja dapat memunculkan kontroversi. Banyak yang berpendapat
bahwa terlalu fokus pada tes kognitif bisa mengabaikan faktor-faktor lain
seperti kemampuan interpersonal atau budaya organisasi. Apakah kita terlalu
mengedepankan kemampuan otak dan mengabaikan keterampilan sosial yang juga
penting dalam kepemimpinan? Beberapa kritikus mungkin melihatnya sebagai
pendekatan yang terlalu sempit. Meskipun demikian, kemampuan untuk membuat keputusan
yang cepat dan tepat tetap menjadi salah satu indikator utama dalam kesuksesan
seorang pemimpin dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan.
Pendekatan ini, yang sebelumnya diterapkan untuk
mengevaluasi pemain olahraga, membuka jalan baru dalam mengevaluasi pemimpin di
dunia kerja. Dengan menggabungkan ilmu kognitif dan neuropsikologi, perusahaan
dapat lebih objektif dalam menilai calon pemimpin yang tidak hanya cerdas
secara teknis, tetapi juga unggul dalam pengambilan keputusan yang fleksibel
dan cepat, yang sangat dibutuhkan dalam dunia yang dinamis ini.
Referensi:
Vestberg, T., Gustafson, R., Maurex, L., Ingvar, M., &
Petrovic, P. (2012). Executive functions predict the success of top-soccer
players. PLoS ONE, 7(4), e34731.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0034731
Komentar
Posting Komentar