![]() |
Kuasai diri saat konflik menghampiri dengan meningkatkan kemampuan self-regulation |
Pernahkah Sobat PSAK merasa frustrasi saat tim di tempat
kerja dilanda konflik? Pertengkaran, kesalahpahaman, dan rasa tidak nyaman bisa
menghambat kinerja dan membuatmu stres. Tapi, tahukah Sobat PSAK bahwa otak
kita memiliki kekuatan super untuk mengatasi situasi ini?
Ya, Sobat PSAK! Kemampuan self-regulation, atau mengatur
diri sendiri, adalah kunci utama untuk menyelesaikan konflik dengan cerdas dan
konstruktif. Yuk, kita pelajari lebih dalam bagaimana otak bekerja dalam proses
ini dan bagaimana kamu bisa meningkatkan kemampuan self-regulation!
Otak dan Rahasia Self-Regulation
Otak kita bagaikan sebuah komputer canggih. Bagian depan
otak, prefrontal cortex, berperan penting dalam mengatur emosi, membuat
keputusan, dan menyelesaikan masalah. Saat konflik terjadi, prefrontal cortex
bekerja keras untuk menganalisis situasi, menimbang pilihan, dan mengambil
tindakan yang tepat.
Namun, saat stres atau tertekan, bagian lain otak, amygdala,
mengambil alih. Amygdala bertanggung jawab atas respons
"fight-or-flight", membuat kita mudah marah, cemas, dan impulsif. Hal
ini bisa memperburuk situasi konflik.
Tips Meningkatkan Self-Regulation untuk Mengatasi Konflik
Berita baiknya, Sobat PSAK! Kita bisa melatih
self-regulation untuk mengendalikan amygdala dan mengaktifkan prefrontal cortex
saat konflik terjadi. Berikut 3 tips jitu yang bisa kamu lakukan:
1. Tarik Nafas Dalam-Dalam. Saat konflik melanda,
tarik napas dalam-dalam dan hitung perlahan. Hal ini membantu menenangkan
amygdala dan mengaktifkan prefrontal cortex, sehingga kamu bisa berpikir jernih
dan membuat keputusan yang tepat.
2. Dengarkan dengan Penuh Perhatian. Dengarkan dengan
seksama apa yang dikatakan orang lain, tanpa menyela. Usahakan untuk memahami
sudut pandang mereka dan tunjukkan empati. Hal ini membangun rasa saling
menghormati dan membuka jalan untuk solusi yang konstruktif.
3. Komunikasikan dengan Jelas dan Terbuka. Sampaikan
pendapatmu dengan jelas dan sopan, tanpa menyerang atau menyalahkan orang lain.
Gunakan kata "saya" untuk mengungkapkan perasaan Sobat PSAK dan
hindari kata "kamu" yang bisa memicu pertengkaran.
Latih Otakmu, Taklukkan Konflik!
Dengan melatih self-regulation, Sobat PSAK dapat mengubah
konflik menjadi peluang untuk membangun tim yang lebih kuat dan solid.
Ingatlah, otak kita memiliki kekuatan super untuk menyelesaikan masalah dengan
cerdas dan konstruktif. Jadi, tunggu apa lagi? Mulai latih self-regulation
kita hari ini dan taklukkan konflik di tempat kerja!
Bonus:
- Meditasi
dan yoga dapat membantu meningkatkan fokus dan kontrol diri, yang
bermanfaat untuk self-regulation.
- Tidur
yang cukup dan makan makanan sehat juga penting untuk menjaga kesehatan
otak dan meningkatkan kemampuan self-regulation.
Semoga tips ini bermanfaat, Sobat PSAK! Selamat berlatih dan
rasakan kekuatan super dari otak kita untuk mengatasi konflik dan mencapai
kesuksesan bersama tim!
Referansi
Mischel, W., DeSmet, A. L., & Kross, E. (2000).
Self-regulation in the service of conflict resolution. The handbook of
conflict resolution: Theory and practice, 256-275.
Kleiman, T., & Enisman, M. (2018). The conflict mindset:
How internal conflicts affect self‐regulation. Social and Personality
Psychology Compass, 12(5), e12387.
Gonis, A. E. (2015). An examination of emotional
intelligence, decision-making styles, and exposure to criminal gang activity.
Northcentral University.
Gu, S., Wang, W., Wang, F., & Huang, J. H. (2016).
Neuromodulator and emotion biomarker for stress induced mental disorders. Neural
plasticity, 2016(1), 2609128.
Gongora, M., Teixeira, S., Martins, L., Marinho, V.,
Velasques, B., Moraes, L., ... & Ribeiro, P. (2019). Neurobiological
evidences, functional and emotional aspects associated with the amygdala: From
“What is it?” to “What's to be done?”. Neuropsychiatry, 9(3),
749-751.
Komentar
Posting Komentar