Langsung ke konten utama

Featured post

Stop Bilang Stres Itu Penyakit Mental! Otak Primitif Anda Cuma Panik!

Ilustrasi stres (Pexel.com) Agus Syarifudin Partadiredja Tanuarga Pernah merasa jantung berdebar kencang, tangan dingin, atau napas tersengal-sengal padahal Rekan PSAK cuma dikejar deadline atau berhadapan dengan atasan yang lagi bad mood ? Selamat, Rekan PSAK baru saja merasakan respons fight-or-flight klasik. Tapi jangan langsung cap diri Rekan PSAK punya masalah kecemasan atau "penyakit mental" lainnya. Seringkali, ini bukan tentang kesehatan mental yang rapuh, melainkan karena otak primitif Rekan PSAK sedang dalam mode siaga. Kita sering menganggap stres sebagai momok modern yang identik dengan gaya hidup serba cepat. Tapi sebenarnya, respons stres adalah fitur bawaan yang sudah ada sejak nenek moyang kita harus berhadapan dengan predator ganas di sabana. Ini bukan kelemahan, melainkan sebuah mekanisme bertahan hidup yang luar biasa canggih. Otak Primitif: Alarm Anti-Punah Rekan PSAK Di dalam kepala kita, ada dua bagian otak yang punya peran sangat besar dalam u...

Keragaman = Kekuatan? Membongkar Mitos Kolaborasi dan Dampaknya pada Kinerja Otak

Kolaborasi adalah keniscayaan dalam membangun performa kemajuan organisasi


Sobat PSAK, pernahkah Anda mendengar pepatah "banyak kepala lebih baik daripada satu"? Pepatah ini sering digunakan untuk mendukung argumen bahwa keragaman dalam tim akan meningkatkan kinerja. Tapi, benarkah demikian?

Mitos Kolaborasi: Keragaman Selalu Berarti Kekuatan

Faktanya, keragaman dalam tim tidak selalu berarti kekuatan. Terlalu banyak keragaman, tanpa pengelolaan yang tepat, justru dapat menghambat kolaborasi dan kinerja tim.

Dampak Keragaman pada Otak

Dari sudut pandang neuropsikologi, keragaman dapat memengaruhi kinerja otak dengan beberapa cara:

  • Beban Kognitif. Ketika bekerja dengan orang yang memiliki latar belakang, budaya, atau cara berpikir yang berbeda, otak kita perlu bekerja lebih keras untuk memproses informasi dan memahami satu sama lain. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan mental dan menurunkan fokus.
  • Konflik dan Ketidaksepakatan. Keragaman dapat meningkatkan kemungkinan konflik dan ketidaksepakatan dalam tim. Hal ini dapat mengganggu komunikasi dan menghambat pengambilan keputusan.
  • Kurangnya Rasa Aman. Di tim yang kurang beragam, individu mungkin merasa lebih nyaman dan aman untuk mengungkapkan ide dan pendapat mereka. Namun, di tim yang sangat beragam, individu dari kelompok minoritas mungkin merasa terintimidasi atau dikucilkan, sehingga mereka enggan untuk berkontribusi.

Keragaman yang Efektif: Kunci Kecerdasan Kolektif

Meskipun keragaman dapat menghadirkan tantangan, bukan berarti keragaman itu tidak bermanfaat. Ketika dikelola dengan tepat, keragaman dapat menjadi kekuatan yang besar bagi tim dan organisasi. Berikut beberapa tips untuk memanfaatkan keragaman dalam tim:

  • Membangun Kepercayaan dan Rasa Hormat. Ciptakan lingkungan di mana semua individu merasa dihargai dan dihormati, regardless of their background or beliefs.
  • Meningkatkan Komunikasi. Dorong komunikasi yang terbuka dan transparan antar anggota tim.
  • Mengatur Norma Tim yang Jelas. Tetapkan norma tim yang jelas yang menghargai keragaman dan inklusi.
  • Memanfaatkan Kekuatan Keragaman. Berikan kesempatan bagi individu dari berbagai latar belakang untuk berkontribusi dengan kekuatan dan perspektif mereka yang unik.

Fakta Menarik tentang Keragaman dan Kinerja Tim:

  • Sebuah studi oleh McKinsey & Company menemukan bahwa perusahaan yang lebih beragam secara etnis dan budaya lebih mungkin untuk mengungguli pesaing mereka dalam hal profitabilitas.
  • Penelitian oleh Harvard Business School menunjukkan bahwa tim yang lebih beragam dalam hal pemikiran dan ide lebih inovatif dan kreatif dibandingkan tim yang kurang beragam.
  • Sebuah studi oleh University of Michigan menemukan bahwa karyawan yang bekerja di tim yang beragam lebih puas dengan pekerjaan mereka dan lebih cenderung untuk bertahan di perusahaan.

Keragaman bukan hanya tentang politik atau moralitas, tetapi juga tentang kinerja dan kesuksesan. Dengan mengelola keragaman secara efektif, tim dan organisasi dapat meningkatkan kecerdasan kolektif, mendorong inovasi, dan mencapai tujuan bersama.

Sobat PSAK, jadikan keragaman sebagai kekuatan untuk membangun tim yang solid dan mencapai kesuksesan!

Ingat: Keragaman bukan berarti kekuatan secara otomatis. Diperlukan upaya dan strategi yang tepat untuk memanfaatkan kekuatan keragaman dan meminimalkan potensi hambatannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Tanda Kamu Mengalami Stres Berkepanjangan Tapi Tidak Sadar: Waspadai Bahayanya bagi Otak, Emosi, dan Iman

Ilustrasi stres yang tidak disadari Banyak dari kita berpikir stres hanya terjadi saat menghadapi masalah besar. Padahal, stres juga bisa datang diam-diam—menumpuk perlahan dalam rutinitas, tanpa kita sadari. Inilah yang disebut sebagai stres kronis tersembunyi . Ia bisa berdampak pada kesehatan fisik, mental, bahkan spiritual kita, bila tidak ditangani dengan tepat. Stres kronis terjadi ketika tubuh dan pikiran terus-menerus dalam kondisi "siaga". Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu fungsi otak, merusak sistem saraf, dan melemahkan daya tahan tubuh. Yang lebih serius, stres juga bisa menjauhkan kita dari rasa tenang dan keikhlasan dalam beribadah. Berikut adalah 5 tanda kamu mungkin sedang mengalami stres berkepanjangan tanpa disadari : 1. Merasa Lelah Meski Sudah Tidur Cukup Tidur 7–8 jam semalam, tapi tetap merasa lelah saat bangun? Ini bisa jadi pertanda tubuhmu tidak benar-benar istirahat. Stres membuat kualitas tidur menurun, meski durasinya cukup. Aki...

Kenali Ciri Gangguan Belajar Anak: Waspadai dan Tangani Sejak Usia Sekolah Dasar!

Saat buah hati berusia sekolah dasar, maka mereka seharusnya memiliki kemampuan belajar yang baik.   Kesiapan belajar ini dipersiapkan di usia taman kanak-kanak.   Namun demikian perkembangan otak dan mental anak untuk siap belajar adalah pada umumnya berada di usia 8 tahun ke atas.   Sobat PSAK, sebelum kita membahas kesulitan belajar atau disebut juga gangguan belajar, mari kita dalami apa itu kegiatan belajar. Dalam bahasa Inggris terminologi ini dikenal dengan learning disablity . Namun untuk diagnosa dari masalah ini pada siswa dikenakan istilah learning disorder atau gangguan belajar. Sekilas kegiatan belajar bersifat sederhana dan sepele.  Belajar adalah kegiatan perolehan informasi baru, perilaku, atau kemampuan setelah latihan, pengamatan, atau pengalaman lain.  Kegiatan ini kemudian dibuktikan dengan perubahan dalam perilaku, pengetahuan, atau fungsi otak.  Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip dari anak belajar adalah adanya perubahan p...

Dari Otak Primitif ke Otak Kolaboratif: Mengapa Kita Terlahir untuk Bekerja Sama?

Kini saatnya untuk bekerjasama meski dalam persaiangan. Kolaborasi adalah keniscayaan untuk mencapai kemajuan Sobat PSAK, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa manusia memiliki naluri untuk bekerja sama? Jawabannya terletak pada evolusi dan sains di balik otak kita. Evolusi dan Naluri Kolaborasi Manusia adalah makhluk sosial yang berevolusi untuk hidup dan berburu dalam kelompok. Kemampuan kita untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan satu sama lain sangat penting untuk kelangsungan hidup kita. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia telah bekerja sama dalam kelompok besar selama ratusan ribu tahun. Otak Kolaboratif: Rahasia di Balik Kerjasama Otak manusia memiliki beberapa fitur yang membuatnya sangat cocok untuk kolaborasi. Berikut beberapa contohnya: Mirror Neuron. Sel saraf khusus ini aktif saat kita melihat orang lain melakukan suatu tindakan, seperti tersenyum atau meniru gerakan. Mirror neuron membantu kita untuk memahami dan meniru orang lain, y...