Stres adalah respons tubuh kita terhadap tekanan. Banyak situasi atau peristiwa kehidupan yang berbeda dapat menyebabkan stres. Ini sering dipicu berbagai hal lho!
Untuk
mengatasi stres baik secara pribadi ataupun dengan bantuan profesional, maka
perlu diketahui penyebab stres pada individu apa saja ya Sobat PSAK!
Penyebab stres
ini akan mempengaruhi faktor psikologis dan fisik individu. Faktor psikologis
yang terpengaruh oleh penyebab stres antara lain proses pikir atau kemampuan
kognitif, tata kelola perasaan, dan kendali perilaku. Faktor fisik yang
terpengaruh oleh penyebab stres antara lain fisiologis misal kelelahan tubuh ataupun
kimiwai otak, yaitu neurontransmitter,
Oleh
karenanya Sobat PSAK wajib tahu apa saja penyebab stres. Berawal dari informasi
ini, kemudian akan dirancang strategi apa yang tepat untuk mengatasi stres
terkait penyebab stres.
Rancangan
dan eksekusi strategi penanganan stres dapat dilakukan oleh pribadi Sobat PSAK
jika memang dirasakan masih dapat ditolerir.
Namun jika Sobat PSAK sudah merasa kewalahan menangani stres, wajib
meminta bantuan profesional yaitu psikolog atau dokter.
Pertolongan
masalah kesehatan mental, khususnya yang terukur dan berdasarkan bukti ilmiah
penting dilakukan karena dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi keilmuan
mapun hukum lho Sobat PSAK!
Setelah
bicara panjang lebar terkait stres, yuk kita kenali lebih dalam faktor penyebab
stres!
Faktor Penyebab Stres
Ternyata berdasarkan
kelompok usia anak, praremaja dan remaja, serta individu dewasa penyebab stres dapat bermacam-macam lho Sobat PSAK!
Berikut
adalah jenis penyebab stres:
Faktor Penyebab Stres untuk Anak-anak dari Segala Usia
Ilustrasi penyebab stres pada anak adalah karena tugas sekolah (Foto: Pexels) |
1. Konflik dengan teman, intimidasi, dan tekanan teman
sebaya
Orang di sekitar anak, termasuk teman sebaya dapat menyebabkan stres. Ini karena faktor lingkungan sebagai menyebabkan tekanan melalui interaksi yang toksik secara psikologis maupun fisik.
Anak di sisi lain butuh teman sebaya untuk melatih kemampuan sosialnya. Namun seiring waktu, tidak selamanya pertemanan selalu positif, Ada kalanya konflik, intimidasi, bahkan tekanan dari teman terjadi.
Di sinilah peran orang tua untuk memberikan dukungan di saat anak mengalami hal negatif dari temannya. Hingga mereka mampu punya strategi koping untuk diri dan bagaimana bersikap asertif tehadap teman yang punya pengaruh buruk.
2. Pindah sekolah
Memindahkan sekolah anak adalah hal yang berat bagi mereka. Di sekolah baru, anak harus beradaptasi dengan teman dan guru barunya. Di sisi lain, anak juga sedih karena kehilangan teman lamanya.
Belum tentu di sekolah yang baru, anak dengan mudah menemukan teman baru. Anak pun dapat merasa terasingkan dan kesepian. Ini adalah fase yang berat bagi mereka. Ini dapat menyebabkan tekanan bagi anak.
3. Berjuang di sekolah, yaitu kurikulum, nilai, pekerjaan
rumah, dan bersosialisasi.
Tugas-tugas di sekolah dan pergaulan antar siswa tak jarang membuat anak memiliki tekenan. Tenggat waktu tugas, tingkat kesulitan tugas, hingga respon dari teman, guru dan sekolah terkait penyerahan tugas dapat menybabkan anak tidak nyaman.
Oleh karenanya orang tua perlu mengenali kapan dan tugas mana yang membuat anak tidak nyaman serta tertekan. Dukung dan dampingi anak saat mengerjakan tugas tersebut ya Sobat PSAK.
4. Menyeimbangkan tanggung jawab, yaitu kegiatan sekolah
dan ekstrakurikuler
Menjalani hobi dengan menyelesaikan tugas dari sekolah adalah pilihan yang sulit bagi anak.
Tuntutan akademis dan aktualisasi diri di pertemanan terkait hobi atau kegiatan ekstrakulikuler, adalah pilihan yang berat bagi anak. Butuh strategi waktu hingga keduanya dapat dilakukan dengan optimal. Tak jarang ini membuat tekanan bagi anak.
5. Mengecewakan orang tua
Saat anak beperilaku tidak diinginkan dan orang tua mengekspresikan kekecewaannya, anak pun menjadi sedih. Ini membuat tekanan bagi anak. Oleh karenanya Sobat PSAK perlu strategi yang jitu dalam menyampaikan bentuk kekecewaan kepada anak agar m;reka tidak stres.
6. Perceraian atau perpisahan orang tua
Terpecahnya keluarga tentu membuat anak sedih. Berpisah dengan salah satu orang tua, meski masih bisa berjumpa pasti ada yang hilang dan dirasakan anak.
Bentuk kehilangan ini dapat membuat anak tertekan. Perlu ada strategi yang jitu bagi orang tua yang bercerai agar anak tidak merasa kehilangan figur ayah atau ibunya serta merasa dicintai keduanya.
7. Kesulitan keuangan dalam keluarga
Pemenuhan kebutuhan dasar pasti berkaitan dengan keuangan. Kesulitan keuangan membuat pemenuhan kebutuhan jadi terabaikan. Sangat berbahaya apabila pemenuhan kebutuhan dasar pun terganggu. Ini membuat anak tidak nyaman dan tertekan baik fisik dan mental.
8. Situasi hidup yang tidak aman atau genting
Merasa hidup terancam
membuat siapapun tidak nyaman, termasuk anak.
Mereka akan menjadi tertekan. Perlindungan dari orang tua pun tidak
cukup jika hidup di lingkungan yang tidak aman atau situasi genting. Oleh kerenanya, tempat tinggal yang nyaman
dan aman adalah penting bagi anak untuk melindungnya dari stres.
Faktor Penyebab Stres untuk Praremaja dan Remaja
Ilustrasi stres pada usia praremaja dan remaja (Foto Pexels) |
Penyebab stres pada usia praremaja dan dan remaja bermacam-macam ya Sobat PSAK. Berikut adalah rinciannya:
1. Melewati masa pubertas dan perubahan
tubuh
Masa pubertas adalah krisis bagi remaja. Ini terjadi perubahan hormonal yang mempengaruhi fisik dan mental. Akibatnya semua remaja merasa tidak nyaman atau ada yang aneh pada dirinya. Ini membuat tekanan bagi mereka lho Sobat PSAK. Dan dapat berakibat kepada stres.
2. Harga diri yang buruk dan pikiran
negatif tentang diri mereka sendiri
Perubahan fisik saat remaja berdampak kepada konsep diri dan citra dirinya. Tak jarang, banyak remaja yang punya pikiran negatif terhadap perubahan fisiknya ini. Akhirnya berujung kepada harga diri atau self-esteem yang buruk. Ini berdampak remaja alami tekanan yang dibuatnya sendiri.
3. Takut akan masa depan, yaitu pergi ke
perguruan tinggi atau mendapatkan pekerjaan
Masa depan tidak dapat diprediksi. Inilah yang dipelajari remaja. Dalam pendewasaanya, mereka takut bagaimana di hari esok.
Ini terkait dengan kepastian sekolah di tingkat tinggi atau universitas, bahkan peluang mereka untuk bekerja. Apakah impian mereka ini dapat terwujud atau tidak. Ini membuat mereka stres.
4. Perundungan siber
Aktivitas di sosial media berpotensi untuk terjadi perundungan atau bullying. Saling berbalas komentar tanpa mengedepankan etika dan postingan yang memprovokasi, adalah potensi perilaku beresiko dari remaja di dunia maya.
Belum matangnya struktur dan fungsi otak depan sebagai pengendali pikiran, perasaan, dan perilaku menimbulkan masalah perilaku di remaja, khususnya di dunia internet. Oleh karenanya butuh pengawasan orang tua, saat remaja menggunakan internet dan gadget.
5. Hubungan romantis dan kencan
Saat remaja, mereka mulai menjalin hubungan romantis. Ini adalah proses pendewasaan. Proses menjalin hubungan dengan lawan jenis sering membuat tekanan bagi remaja.
6. Tekanan untuk mencoba narkoba dan
alkohol dengan teman-teman
Tekanan teman sebaya dan circle remaja cukup besar. Mereka ingin
diterima di lingkungan pertemanannya.
Apabia salah dalam memilih lingkungan pertemanan, mereka akan dipaksa mencoba
narkoba, alkohol, ataupun zat aditif lainnya atau akan dikucilkan. Ini akan membuat
mereka stres.
Faktor Penyebab Stres pada Individu Dewasa
1. Kepribadian
Memiliki kepribadian "Tipe A" atau yang punya keinginan berkompetisi besardan jadi pemenang dapat menumbuhkan stres lho Sobat PSAK!. Kepribadian ini dapat menyebabkan SobatPSAK berperilaku terus-menerus terburu-buru, marah, bermusuhan, atau bersaing. Oleh karenanya ini dapat menumbuhkan stres.
2. Keluarga.
Rutinitas dan aktivitas di keluarga dapat memicu stres ya Sobat PSAK. Bagaimana pekerjaan di rumah dalam merawat rumah dan menyediakan kebutuhan sehari-hari dari anggota keluarga dapat memberikan tekanan kepada pribadi.
Hal ini perlu Sobat PSAK kelola dengan baik, hingga ketika mengerjakannya jadi menyenangkan dan suka cita. Sikap inilah yang mampu mengurangi resiko stres saat mengerjakan tugas-tugas di rumah.
3. Pekerjaan
Tugas dan lingkungan kantor dapat memicu stres. Banyak pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi, kekuatan fisik, bahkan menguras energi mental. Tiap pekerjaan pasti ada resiko stres. Apalagi jika tidak dikelola dengan tata kelola waktu pengerjaan yang baik. Ini akan menyebabkan burn out hingga menimbulkan stres.
Jika Sobat PSAK merasa beban kerja tinggi dan tidak mampu tertangani, maka perlu komunikasikan hal ini dengan atasan ataupun rekan kerja. Ini bertujuan agar mampu membagi pekerjaan, tidak memberatkan diri, dan tugas pun selesai.
Terlebih disaat pademi Covid-19, pekerjaan dari rumah mampu meningkatkan stres. Ini terjadi karena fungsi bekerja dan tempat tinggal berada di tempat yang sama. Kejenuhan, menumpuknya tugas rumah dan perkerjaan di satu tempat, membuat individu mengalami tekanan fisik dan mental lebih tinggi dibandingkan kantor dan rumah yang berada di lokasi berbeda.
4. Hubungan
Menjalin hubungan pertemana, romantis atau pasangan, dan keluarga dapat membuat tekanan fisik dan mental lho Sobat PSAk! Bagaimana relasi yang terjadi antar dua individu ataupun dengan satu individu dengan sekelompok orang berpengaruh terhadap pengolahan informasi, tata kelola perasaan, dan kendali perilaku serta kesehatan fisik.
Oleh karenanya jika menjalin hubungan yang merusak atau beracun, maka akan berpengaruh terhadap kesehatan mental dan fisik. Bagaimana individu tidak mampu menakar diri atas batasan fisik dan mental, hingga mengalami stres. Ini terjadi karena beban stres yang ditanggungnya sudah melewati bemper stres.
Oleh karenanya, perlu strategi yang mumpuni dalam menjalin hubungan dengan individu ataupun sekelompok orang agar relasi yang terjadi sehat secara mental dan fisik.
5. Uang atau Finanlsial
Kebahagiaan bukan dinilai dari kepemilikan uang, namun pemenuhan kebutuhan dasar hidup memerlukan uang. Keluarga atau individu dengan keterbatasan finansial tentunya akan punya tekanan hebat dalam pemenuhan kebutuhan dasar hidupnya. Ini akan berpengaruh terhadap kesehatan mental, khususnys stres.
Oleh karenanya perlu strategi yang mumpuni dalam tata kelola pikiran, perasaan, dan perilaku saat mengalami kesulitan finansial. Ini bertujuan agar tidak mengalami stres yang beracun.
6. Masalah kesehatan.
Sakit berkepanjangan atau pun
penyakit medis yang berat dapat menjadikan tekanan baik fisik dan mental. Proses penyembuhan yang panjang, menurunnya
kemampuan beraktivitas, dan melemahnya tubuh, ini menjadikan individu
frustasi. Akibatnya dapat menimbulkan
stres beracun yang berdampak memburuknya kesehatan mental.
Layanan Deteksi Stres Pusat Studi dan Aplikasi Keilmuan (PSAK)
Terkait faktor
penyebab stres dan masalah kesehatan mental karena pandemi Covid-19 khususnya,
PSAK memberikan layanan deteksi dini stres dan penanganannya.
Layanan ini
bekerjasama dengan TIS Consulting, yaitu lembaga HRD Consulting yang juga
bergerak di bidang mental health issue.
Layanan yang
diberikan adalah berupa tes deteksi dini stres dan konseling. Sobat PSAK yang
merasa kewalahan dalam pengelolaan stres akan menjalani beberapa penilaian oleh
psikolog untuk konfirmasi apakah terjadi stres atau tidak. Dan jika memang
terkonfirmasi ada stres, maka akan dievaluasi sejauh mana gangguan yang dialami
dari sudut kesehatan mental. Apakah
stres ini bersifat merusak atau memang masih dapat ditolerir.
Sobat PSAK
setelah terkonfirmasi adanya stres yang beracun dan merasa kewalahan
menghadapinya, maka akan dibantu tata kelola stres oleh psikolog dari TIS
Consulting. Akan ada layanan intervensi berupa terapi berbentuk konseling. Tujuannya adalah agar Sobat PSAK memiliki
strategi menangani stres khususnya dalam tata kelola pikiran, perasaan, dan perilaku. Dan pada akhirnya Sobat PSAK mampu berkarya
kembali secara normatif dan produktif!
Untuk
informasi dan layanan deteksi dini stres Pusat Studi dan Aplikasi Keilmuan,
dapat menghubungi Sdr. Syarifudin (0813-8760-7541 /WA)
Referensi
American Psychological Association. (21
September 2020). What’s the difference
between stress and anxiety?Knowing the difference can ensure you get the help
you need. Alvord, M. & Halfond, R. (eds.). American Psychological
Association. Diakses 25 Januari 2022 dari
https://www.apa.org/topics/stress/anxiety-difference
Bhandari, S.
(ed). (19 Agustus 2021). Stress symptoms.
WebMD. Diakses 25 Januari 2022 dari https://www.webmd.com/balance/stress-management/stress-symptoms-effects_of-stress-on-the-body
Mental
Health Fondation. (17 September 2021). Stress.
Mental Health Fondation. Diakses 25 Januari 2022 dari
https://www.mentalhealth.org.uk/a-to-z/s/stress
Syarifudin,
A. (28 Januari 2022). Kenali pengertian
stres pada anak dan remaja: waspadai gejala dan pemicunya! Ilmuparenting.net.
Diakses 5 Februari 2022 dari https://ilmuparenting.net/pengertian-stres-pada-anak-dan-remaja/
VandenBos,
G. R., & American Psychological Association. (2007). APA dictionary of psychology. 2nd
eds. Washington, DC: American Psychological Association
Manhattan
Psychology Group, PC. (5 Januari 2015). Anger
& stress problems. Manhattan Psychology Group, PC. Diakses 5 Februari
2022 dari https://manhattanpsychologygroup.com/adult-anger-stress-problems/
Komentar
Posting Komentar