Ilustrasi anak sedang belajar (Foto: Pexels) |
Jika ditelaah lebih dalam dan sederhana, masalah
kesulitan belajar adalah sekelompok masalah fungsi saraf atau berbasis otak
yang memengaruhi satu atau lebih cara seseorang menerima, menyimpan, atau
menggunakan informasi.
Penyebab dari gangguan belajar ini adalah akibat dari berbagai kondisi lho! Hal tersebut mencakup kondisi seperti ketidakmampuan menanggapi secara tepat rangsangan dari indera, cedera di otak, gangguan minimal dari tidak bekerjanya otak secara normal, disleksia (kesulitan membaca), dan kehilangan kemampuan berbicara (afasia) pada perkembangan.
Gangguan belajar tidak termasuk masalah yang disebabkan oleh ketidakmampuan penglihatan, pendengaran, atau gerak otot, keterbelakangan mental, gangguan emosional, atau masalah lingkungan, budaya, atau ekonomi.
Uraian ini menekankan bahwa gangguan gangguan belajar terjadi karena adanya masalah pada fungsi penerimaan, pengolahan, dan respon informasi yang dilakukan saraf dan otak. Secara umum dapat dikatakan struktur dari saraf anak dengan gangguan belajar tidak mengalami kecacatan atau rusak. Masalah terjadi karena fungsi dari saraf dan otak dalam alur informasi tidak berjalan optimal.
Definisi Gangguan Belajar
Permasalahan
fungsi saraf ini diperkuat oleh definisi gangguan belajar oleh para psikolog
yaitu The Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders (DSM) . Dalam
panduan diagnostik ini gangguan belajar menggunakan
istilah "Gangguan Belajar Khusus" atau Specific Learning DIsorder. Definisi ini diubah pada 2013 menjadi versi
saat ini, yaitu DSM edisi ke-5. Definisi
yang diterapkan memperluas definisi sebelumnya untuk mencerminkan pemahaman
ilmiah terkini tentang kondisi tersebut.
Lebih lanjut DSM membedakan karakteristik gangguan belajar spesifik dengan gangguan lainnya. Gangguan belajar dari individu ini tidak boleh dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan perkembangan, neurologis atau saraf, masalah inderawi atau sensorik (khususnya penglihatan atau pendengaran), atau kemampuan gerak otot (motorik).
Masalah ini harus secara utama mengganggu pencapaian akademis, kinerja pekerjaan, atau aktivitas kehidupan sehari-hari. Gangguan belajar spesifik didiagnosis melalui tinjauan klinis terhadap beberapa hal. Tinjauan klinis ini adalah perkembangan individu, kesehatan, pendidikan, sejarah keluarga, laporan nilai tes dan observasi guru, dan respon terhadap intervensi akademis.
Telah diuraikan di atas bahwa gangguan belajar muncul dari perbedaan neurologis atau terkait dengan saraf dalam struktur dan fungsi kerja otak. Hal ini akan memengaruhi kemampuan seseorang untuk menerima, menyimpan, memproses, mengambil, atau mengkomunikasikan informasi.
Di sisi lain, para ahli belum dapat memahami dengan baik sifat khusus dari gangguan berbasis otak ini. Namun para ahli otak telah mampu memetakan beberapa karakteristik gangguan belajar dari daerah dan struktur otak tertentu. Kemajuan tersebut telah dibuat dalam memahami hubungan antara genetika dan gangguan belajar, pencatatan kasus gangguan belajar,
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (Attenion Deficit and Hiperactivity Disorder/ADHD). Selain itu juga gangguan ini bersifat diturunkan atau genetik. Hal ini dapat terjadi terkait dengan frekuensi yang cukup besar dalam anggota keluarga misalnya, orang tua, saudara kandung, bibi / paman, dan sepupu.
Gangguan belajar juga bisa menjadi konsekuensi dari lemahnya kinerja otak yang sedang berkembang sebelum atau selama kelahiran. Hal ini melibatkan faktor-faktor seperti penyakit atau cedera pada kehamilan yang signifikan, penggunaan narkoba atau alkohol selama kehamilan, malnutrisi ibu saat hamil, berat badan bayi lahir rendah, kekurangan oksigen, dan persalinan prematur atau proses kelahiran yang lama.
Peristiwa pascakelahiran juga dapat menyebabkan masalah gangguan belajar. Masalah tersebut yang termasuk cedera traumatis, kekurangan nutrisi yang parah, atau paparan zat beracun seperti timbal.
Gangguan belajar tidak disebabkan oleh cacat penglihatan, pendengaran atau kelemahan fungsi gerak otot (motorik), cacat intelektual (sebelumnya disebut sebagai keterbelakangan mental), gangguan emosional, faktor budaya, kemampuan bahasa yang terbatas, kelemahan lingkungan atau ekonomi, atau pengajaran yang tidak memadai.
Namun, ada bukti ilmiah bahwa gangguan belajar yang dilaporkan lebih tinggi di antara orang yang hidup dalam kemiskinan. Hal ini mungkin karena peningkatan risiko paparan nutrisi yang buruk, racun yang tertelan dan lingkungan yang buruk yaitu paparan timbal, tembakau dan alkohol, dan faktor risiko lainnya selama tahap awal dan kritis. dari perkembangan anak.
Implikasi Gangguan Belajar.
Gangguan gangguan belajar itu nyata dan dapat
bersifat menetap lho Sobat PSAK! Namun pada beberapa orang tidak pernah ditemukan
gangguan belajar bertanggung jawab atas kesulitan di seumur hidup mereka di
berbagai bidang seperti membaca, matematika, ekspresi tertulis, dan pemahaman.
Beberapa individu yang didiagnosa gangguan belajar saat usia anak bahkan mampu menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat universitas. Dapat dikatakan beberapa jenis masalah gangguan belajar dapat hilang pada usia dewasa.
Perlu Sobat PSAK pahami bahwa gangguan gangguan belajar dapat menimbulkan masalah psikologis lainnya. Banyak anak dengan masalah kesulitan berlajar menderita harga diri yang rendah, menetapkan harapan yang rendah untuk diri sendiri, berjuang dengan prestasi akademis rendah, dan memiliki sedikit teman. Studi di Amerika menunjukkan anak dengan gangguan gangguan belajar mengalami msalah komplek di usia dewasa.
Masalah tersebut adalah mereka ada yang menjadi setengah pengangguran, dan tampaknya berakhir dalam masalah hukum jika dibandingkan temannya yang bukan gangguan belajar.
Gangguan belajar mungkin paling baik digambarkan sebagai kesulitan yang tidak terduga dan signifikan pada tahapan hidup seorang anak. Mereka mengalami masalah dalam pencapaian akademis dan bidang terkait pembelajaran serta perilaku.
Hal ini terjadi pada individu yang belum mampu menanggapi instruksi yang kompleks dan berkualitas tinggi. Tekanan dari pencapaian akademis yang rendah pada akhirnya akan menimbulkan masalah psikologis. Anak berjuang bagaimana harus mampu mencapai nilai yang baik agar dapat diterima oleh teman dan juga gurunya di sekolah.
Referensi
Cortiella, C. & Horowitz, S.H. (2014). The State of Learning Disabilities: Facts, Trends and. Emerging Issues. 3 eds. New York: National Center for Learning Disabilities
Helen Hargreaves, H., Rowbotham, M., & Phillips, M. (2009). A Handbook on Learning Disabilities. Walk
a Mile in My Shoes Workhsop. Diakses 15 April 2021 dari
https://www.childdevelop.ca/sites/default/files/files/WAM%20LD%20handbook.pdf.
Syarifudin, A. (3 Juni 2021). Mengenal angka dan kemampuan berhitung anak. www.ilmuparenting.net.
Diakses 6 Februari 2022 dari https://ilmuparenting.net/kemampuan-berhitung-anak/
Syarifudin, A. (4 Juni 2021). Karakteristik gangguan belajar pada anak. www.ilmuparenting.net.
Diakses 6 Februari 2022 dari https://ilmuparenting.net/gangguan-belajar-pada-anak/
VandenBos, G. R., & American Psychological Association. (2007). APA dictionary of psychology. 2nd eds. Washington, DC: American Psychological
Association
Komentar
Posting Komentar