Stres adalah sesuatu yang tak terhindarkan dalam kehidupan kita, terutama di dunia profesional yang penuh tekanan. Namun, tahukah rekan-rekan profesional bahwa stres bisa menjadi senjata makan tuan, merusak kesehatan fisik dan mental kita? Ini bukanlah sekadar omong kosong. Stres yang kronis atau tidak terkendali dapat menghancurkan produktivitas kita , meningkatkan ketidakhadiran, dan bahkan meningkatkan risiko kecelakaan di tempat kerja. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa mengatasi ini? Ada satu jawaban yang menarik: Neurosains atau keilmuan saraf serta otak . Melalui pe maham an bagaimana otak kita merespons stres, maka kita bisa mengendalikannya dengan lebih efektif. Ketika rekan-rekan profesional merasakan stress fisik dan psikologis , otak akan melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Ini adalah persiapan tubuh kita untuk menghadapi ancaman. Ini adalah rekasi berantai yang dimulai teraktifkannya bagian otak, yaitu amidgala. Organ ini berfungsi menga
Stres dapat mengurangi produktivitas individu (https://www.msn.com/id-id/kesehatan/health/ibu-rumah-tangga-rentan-dilanda-stres-ini-tanda-tandanya/ar-AAGtZgp?fullscreen=true#image=1 |
“Gue stres!” Hal ini sering kita ucapkan di waktu tertentu.
Di saat pikiran kalut ataupun keadaan fisik yang begitu melahkan sehingga
mental terpengaruh. Hayoo...siapa yang suka ngeluh seperti ini? Pasti kita
semua pernah melakukannya dong! Karena hal ini adalah manusiawi dan alamiah
dari tubuh manusia.
Terkait dengan pembatasan gerak manusia untuk menekan laju
pandemi virus corona, pasti kita semua terkena dampaknya. Dibatasainya gerak dan aktivitas keseharian
kita menyebabkan diri menjadi jenuh, bosan, dan ingin bebas seperti hari-hari
sebelum corona menyapa.
Secara umum tubuh manusia berinteraksi antara apa yang ada
di dalam tubuh dan di luar tubuh. Hal
tersebut menyebabkan dinamika yang terjadi dalam metabolisme tubuh baik secara
kimia, biologi, dan fisika serta bagaimana mental dalam hal ini psikologis diri
juga memiliki pengaruh dalam tata kelola pikiran, perasaan, dan perilaku.
Selain itu interaksi diri dengan lingkungan yang begitu dinamis juga
mempengaruhi keseimbangan tubuh baik fisik dan mental. Dinamika yang tinggi ini sering memberikan
tekanan kepada diri kita lho baik kita menyadarinya ataupun tidak.
Tekanan inilah Mas Bro dan Sis, yang sering menjadi pemicu
terjadinya stres. Menurut ahli stres
adalah respon fisiologi atau psikologi kepada pemicu stres dari dalam ataupun
luar tubuh. Stres melibatkan
perubahan-perubahan yang mempengaruhi hampir semua sistem dari tubuh,
mempengaruhi bagaimana perasaan dan perilaku seseorang. Nah, dari uraian ini jelas bahwa pemicu stres
tidak hanya psikologis semata, namun semua yang terkait dengan sistem dari
tubuh dimana dapat mempengaruhi perasaan dan perilaku seseorang.
Fungsi pikiran dan perasaan
adalah mekanisme kerja otak yang erat kaitannya dengan kimia dan biologis dari
tubuh dan otak. Perlu diketahui juga ya Mas Bro dan Sis, kalau fisik juga pengaruh yang sama hebatnya selain
psikologis. Lelah, kerja berlebihan dan
rutinitas yang padat dapat menyebabkan tekanan hebat ke tubuh lho! Apalagi saat
ini kerja dari rumah di mana dibatasi gerak dan aktivitas di luar rumah dapat
menyebabkan kejenuhan yang tinggi. Hal
ini menyebabkan keseimbangan neurokimia di otak, kimiawi dan metabolisme sistem
organ selain otak, serta mekanisme biologis sel, jaringan, serta organ juga
berpengaruh terhadap keseimbangan kimiawi otak, yaitu neurotransmitter. Hal ini dapat berwujud kepada perasaan cemas,
takut, gelisah, dan merasa tekanan yang besar dialami oleh tubuh.
Secara biologis tubuh dapat dikatakan mengalami stres jika
memiliki tanda-tanda seperti berikut ini.
Contohnya adalah dimanifestasikan dari palitasi, berkeringat, mulut kering,
napas yang pendek, gugup, bicara yang cepat, augmentasi dari emosi negatif
(jika telah mengalaminya) dan durasi yang lama dari kelelahan. Nah, jika tidak diatasi segera, maka stres
ini akan bertambah parah dan menjadi stres yang akut. Akibat stres akut ini dapat menjadi gangguan
mental atau psikologis yang parah, misalnya depresi.
Stres akut dimanifestasikan dengan beberapa gejala adaptasi.
Hal ini berwujud dimana individu yang mengalami stres akut tidak mampu
beradaptasi secara sosial di dalam lingkungan keluarga atau masyarakat. Hal ini berwujud dari menurunnya performa
tubuh seperti lelah, perasaan sedih, ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan yang
berlebihan sehingga menggangu aktivias dirinya sendiri dan orang lain. Sedih ya! Jadi hati-hati lho dalam menyikapi
stres, karena jika tidak dipedulikan akan berdampak hebat dan merugikan diri
sendiri serta orang lain.
Stres ini menyebabkan terjadinya perubahan dari pikiran dan
tubuh. Bagaimana pikiran sebagai kendali dari sistem organ di bawah kepala
dapat terganggu kerjanya akibat tekanan yang terjadi. Oleh karena itu stres berkontribusi secara
langsung kepada psikologi, gangguan psikologis serta penyakit dan berpengaruh tehadap
mental serta kesehatan fisik, menurunya kualitas hidup.
Temuan terkini menunjukkan bahwa stres yang tinggi erat
kaitannya dengan penyakit kardiovaskular atau jantung, kanker dan penyakit
degeneratif lainnya seperti diabetes.
Nah lho! Jangan sampai gara-gara pembatasan gerak dan aktivitas yang
terjadi kita sakit parah lho! Selamat dari corona tapi kena penyakit jantung
atau penyakit degeneratif lain. Kan konyol juga ya, duh jangan sampai ya Mas Bro dan Sis.
Oleh karena itu kita juga perlu tahu apakah diri kita
mengalami stres dan sejauh mana stres yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan pengetesan
yang dilakukan dengan alat ukur psikologi yang diinterpretasikan oleh psikolog
klinis. Hasil pengukuran ini dapat mengkonfirmasi apakah dugaan yang terjadi
pada tubuh benar-benar terjadi atau hanya dugaan semata. Karena terbuka kemungkinan apa yang kita
khawatirkan adalah kecemasan kita semata yang berlebihan. Namun hal ini perlu diwaspadai karena terbuka
kemungkinan juga stres yang kita duga adalah terkonfirmasi dan merujuk kepada
gangguan penyakit lain baik fisik dan mental.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk memeriksakan
kondisi tubuh terkait dugaan stres.
Bagaimana dari hasil tes dan interpretasi ahli, khususnya psikolog
klinis akan memberikan konfirmasi dari dugaan yang ada dibenak kita. Deteksi dini penting dilakukan agar jika
memang terkonfirmasi, maka dapat segera dilakukan langkah-langkah antisipatif
seperti pengaturan asupan dan pola makan, cara tidur yang berkualitas, asupan
vitamin dan mineral yang cukup, atau konseling dengan psikolog klinis sebagai
intervensi awal di luar obat antidepresan.
Secara umum tubuh dan mental yang sehat akan mampu berkarya dan
berperilaku sesuai norma yang berlaku.
Maka kenali dan deteksilah secara dini kondisi mental kita secara
berkala, khususnya disaat krisis seperti pandemi corona saat ini. (Agus/Pusat
Studi dan Aplikasi Keilmuan).
Referensi
VandenBos, G.R. [Ed]. (2007). American Psychological Association dictionary of psychology. 2nd eds. Washington, DC: American Psychological Association.
Komentar
Posting Komentar