Langsung ke konten utama

Featured post

Menguasai Stres dalam Karir yang Dinamis: Kunci Sukses Berbasis Neurosains untuk Kesuksesan Profesional di Lingkungan Kerja

  Stres adalah sesuatu yang tak terhindarkan dalam kehidupan kita, terutama di dunia profesional yang penuh tekanan. Namun, tahukah rekan-rekan profesional bahwa stres bisa menjadi senjata makan tuan, merusak kesehatan fisik dan mental kita? Ini bukanlah sekadar omong kosong. Stres yang kronis atau tidak terkendali dapat menghancurkan produktivitas kita , meningkatkan ketidakhadiran, dan bahkan meningkatkan risiko kecelakaan di tempat kerja. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa mengatasi ini? Ada satu jawaban yang menarik: Neurosains atau keilmuan saraf serta otak . Melalui pe maham an bagaimana otak kita merespons stres, maka kita bisa mengendalikannya dengan lebih efektif. Ketika rekan-rekan profesional merasakan stress fisik dan psikologis , otak akan melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Ini adalah persiapan tubuh kita untuk menghadapi ancaman. Ini adalah rekasi berantai yang dimulai teraktifkannya bagian otak, yaitu amidgala. Organ ini berfungsi menga

KENALI GEJALA STRES AKIBAT PANDEMI CORONA SEBELUM TERLAMBAT

Cemas, takut, dan khawatir adalah beberapa gejala stres yang diakibatkan karena tekanan psikologis dan sosial

Pandemi Corona atau covid-19 telah menggerogoti sendi-sendi kehidupan individu dan masyarakat di seluruh dunia.  Duh, serem ya..ternyata efek dari pademi ini nggak masalah flue aja.  Ada dampak lain yang juga hebat lho.  Dampak tersebut adalah gangguan mental  atau kejiwaan. 

Pandemi corona terbukti telah mampu menimbulkan efek pada kekacauan tata kelola pikiran, perasaan, dan perlaku individu lho.  Hal ini terjadi di dalam dan luar negeri Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta.  Banyak rentetan kejadian menyedihkan dimana corona merenggut nyawa orang sehat yang terdampak pandemi.  Ya, mereka mengalami gangguan mental hebat sehingga melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri dan mengancam nyawa.  Mereka melakukan perilaku yang tidak normatif dan cendrung destruktif.  Sedih ya...

Berikut adalah beberapa temuan gangguan kesehatan mental akibat pandemi corona:

1. Remaja Inggris bunuh diri
Emily Owen adalah seorang remaja asal Inggris berusia 18 tahun dan bekerja sebagai pelayan.  Ia meninggal karena bunuh diri dan tertekan selama menjalani masa isolasi dan pembatasan aktivitas fisik demi mencegah penularan infeksi virus Corona Covid-19. Beberapa hari sebelumnya Owen sudah memperingatkan keluarga bahwa dia tidak tahan dengan dunia yang sempit, rencana-rencana gagal, dan terjebak di dalam rumah (Halidi, & Efendi, 30 Maret 2020).


2. Kasus bunuh diri di Bali karena PHK akibat pandemi corona.
I Made Juniawan, 34 tahun, nekat mengakhiri hidup dengan jalan pintas dengan gantung diri, Kamis, 2 April 2020. Juniawan ditemukan menggantung dirinya di kamar oleh istrinya tercinta, Kadek, 26 tahun. Sedih ya pasti istrinya.  Sampai  teriak keras lho si Kadek, hingga warga berdatangan ke rumah mereka akibat mendengarnya! Hal ini ditulis oleh editor Jawa Pos Radar Bali, Mustofa (2 April 2020). Juniawan mengakhiri hidupnya karena di PHK dari tempat kerjanya sebagai penjaga villa di Cangu, Kuta Utara, provinsi Bali.  Akibat pandemi corona memukul dunia pariwasata, dengan menurunnya jumlah wisatawan dan pergerakan manusia lintas negara.  Akibatnya tingkat okupasi hotel pun turun drastis. Banyak karyawan yang dirumahkan bajkan di PHK.

3. Pasien gangguan jiwa yang meningkat tajam di India akibat lock down.
Kebijakan lock down dari pemerintah India ternyata berdampak hebat pada meningkatnya pasien gangguan jiwa lho!  Hal ini diceritakan oleh reporter Pikiran-Rakyat.com, Maula (7 April 2020).  Kasus bunuh diri yang terjadi di India setelah kebijakan lock down di ambil jadi naik Mas Bro dan Sis! Serem kan! Gimana nih PSBB yang dilakukan di Indonesia? Semoga nggak kaya di India ya! Namun, ternyata kejadian bunuh diri ini karena mayoritas yang melakukan tindakan tersebut adalah pecandu narkoba dan alkohol.  Mereka kesulitan untuk memperoleh zat adiktif akibat pembatasan yang dilakukan.  Kondisi stres dan depresi, berupa gangguan parah yang terjadi di neurokimia di otak akibat adiksi serta pemutusan yang mendadak kecanduan dari alkohol dan narkotika tersebut, menyebabkan mereka mengambil jalan pintas dari penderitaan yang dialami dengan mengakhiri hidup.

4. Kasus bunuh diri driver taksi online karena sepi penumpang.
Buntut wabah virus corona (Covid-19), seorang sopir taksi online bernama Juna Lismi (33 tahun) nekat mengakhiri hidupnya. Sedih bangat Mas Bro dan Sis...Nyawa korban melayang karena gantung diri. Aksi nekat korban dilakukan di kebun yang terletak di Lilinggir, RT 02/06, Cipayung, Cikarang, Kabupaten Bekasi pada Senin 6 April 2020. Sebenarnya anak korban sempat melihat gerak-gerik aneh ayahnya sebelum melakukan aksi tersebut. Menurut liputan dari Ansyari dan Simbolon, (7 April 2020), korban telah dua bulan tidak menarik taksi online.  Korban mengalami perubahan perilaku setelah didatangi seorang pria yang menagih tunggakan cicilan kendaraannya  di mana digunakan untuk taksi online.

Oleh karenanya perlu kita ketahui sejak dini gejala stres hingga tidak menjadi komplek seperti kasus di atas.  Deteksi dini penting dilakukan, khususnya untuk mengetahui gejala-gejala yang dialami.  Gejala ini tidak hanya pikiran perasaan dan perilaku saja lho. Tapi bagaimana kondisi fisik juga dapat terlihat seseorang mengalami stres berat atau tidak.

Nah, untuk lebih meyakinkan lagi terkait informasi gejala stres, ikutan yuk ke web seminar (webinar) atau seminar online yang gretong dengan nama Ngabuburit Kajian Ramadhan, Rabu, 29 April 2020, jam 15.30-17.30 WIB bertema Kenali Gejala Stres Akibat Pandemi Corona.  Adapun pemateri acara ini adalah Aa Agus Syarifudin, beliau adalah Direktur Eksekutif sekaligus peneliti utama Pusat Studi dan Aplikasi Keilmuan, dan Akang Firman Rismanto, seorang psikolog klinis. Untuk informasi dan konfirmasi dapat menghubungi Andy (081382143979) dan registrasi online dapat mengisi formulir di https://bit.ly/34YtSDY. (Agus/Pusat Studi dan Aplikasi Keilmuan)

Referensi

Ansyari, S. &  Simbolon, F.P. (7 April 2020). Tak kerja karena wabah corona, sopir taksi online gantung diri. Vivanews.com. Diakses dari   https://www.vivanews.com/berita/metro/44275-tak-kerja-karena-wabah-corona-sopir-taksi-online-gantung-diri?medium=autonext pada 24 April 2020.

Halidi, R. & Efendi, A. (30 Maret 2020). Tercatat ada 3 kasus bunuh diri terkait covid-19, psikolog ungkap sebabnya. Suara.com. Diakses dari https://www.suara.com/lifestyle/2020/03/30/191726/tercatat-ada-3-kasus-bunuh-diri-terkait-covid-19-psikolog-papar-sebabnya pada 24 April 2020.

Maulaa, M.R. (7 April 2020). Akibat virus corona, angka bunuh diri dan pasien sakit jiwa di india melonjak tajam. Pikiran-Rakyat.com. Diakses dari https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-01362201/akibat-virus-corona-angka-bunuh-diri-dan-pasien-sakit-jiwa-di-india-melonjak-tajam  pada 24 April 2020.

Mustofa, A. (2 April 2020). Kena PHK gara-gara corona, warga dalung ditemukan tewas gantung diri: Polisi temukan surat PHK di saku celana. Jawa Pos Radar Bali. Diakses dari https://radarbali.jawapos.com/read/2020/04/03/187094/kena-phk-gara-gara-corona-warga-dalung-ditemukan-tewas-gantung-diri pada 24 April 2020.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenali Pengertian Stres dan Gejalanya! Awas Jangan Sampai Penanganannya Terlambat

  Waspadai saat mengalami stres ya Sobat PSAK! Karena ini akan berdampak kepada perilaku yang tidak normatif dan produktif. Bahkan merujuk kepada memburuknya kesehatan mental. Saat ini potensi stres penduduk dunia meningkat dengan tajam. Terlebih adanya pandemi   Covid-19 yang belum tahu kapan usia, potensi lock down atau PSBB, dan kerja dari rumah (Work from Home) membuat tekanan fisik dan mental meninggi.   Ini dapat memicu stres yang berkepanjangan. Ilustrasi stres (Foto: Pexels) Secara sepintas stres tampak seperti kelelahan baik fisik dan mental.   Namun jika berkelanjutan dan terjadi dalam jangka waktu panjang akan menjadi stres kronis serta menganggu kejiwaan.   Apa sih pengertian stres? Yuk, kita kenali hal ini lebih dalam sehingga Sobat PSAK dapat mencegah ataupun punya strategi agar Sobat PSAK tidak mengalami stres berlebih. Apa itu Pengertian Stres? Stres adalah respons tubuh kita terhadap tekanan. Banyak situasi atau peristiwa kehidupan yang berbeda dapat menyeb

Kenali Ciri Gangguan Belajar Anak: Waspadai dan Tangani Sejak Usia Sekolah Dasar!

Saat buah hati berusia sekolah dasar, maka mereka seharusnya memiliki kemampuan belajar yang baik.   Kesiapan belajar ini dipersiapkan di usia taman kanak-kanak.   Namun demikian perkembangan otak dan mental anak untuk siap belajar adalah pada umumnya berada di usia 8 tahun ke atas.   Sobat PSAK, sebelum kita membahas kesulitan belajar atau disebut juga gangguan belajar, mari kita dalami apa itu kegiatan belajar. Dalam bahasa Inggris terminologi ini dikenal dengan learning disablity . Namun untuk diagnosa dari masalah ini pada siswa dikenakan istilah learning disorder atau gangguan belajar. Sekilas kegiatan belajar bersifat sederhana dan sepele.  Belajar adalah kegiatan perolehan informasi baru, perilaku, atau kemampuan setelah latihan, pengamatan, atau pengalaman lain.  Kegiatan ini kemudian dibuktikan dengan perubahan dalam perilaku, pengetahuan, atau fungsi otak.  Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip dari anak belajar adalah adanya perubahan perilaku, pengetahuan, atau fu

Apa Penyebab Gangguan Belajar? Waspadai Potensi Putus Sekolah dari Anak dengan Gangguan Belajar

    Ilustrasi anak sedang belajar (Foto: Pexels) Jika ditelaah lebih dalam dan sederhana, masalah kesulitan belajar adalah sekelompok masalah fungsi saraf atau berbasis otak yang memengaruhi satu atau lebih cara seseorang menerima, menyimpan, atau menggunakan informasi. Penyebab dari gangguan belajar ini adalah akibat dari berbagai kondisi lho! Hal tersebut mencakup kondisi seperti ketidakmampuan menanggapi secara tepat rangsangan dari indera, cedera di otak, gangguan minimal dari tidak bekerjanya otak secara normal, disleksia (kesulitan membaca), dan kehilangan kemampuan berbicara (afasia) pada perkembangan. Gangguan belajar tidak termasuk masalah yang disebabkan oleh ketidakmampuan penglihatan, pendengaran, atau gerak otot, keterbelakangan mental, gangguan emosional, atau masalah lingkungan, budaya, atau ekonomi.  Uraian ini menekankan bahwa gangguan gangguan belajar terjadi karena adanya masalah pada fungsi penerimaan, pengolahan, dan respon informasi yang dilakukan saraf