Stres adalah sesuatu yang tak terhindarkan dalam kehidupan kita, terutama di dunia profesional yang penuh tekanan. Namun, tahukah rekan-rekan profesional bahwa stres bisa menjadi senjata makan tuan, merusak kesehatan fisik dan mental kita? Ini bukanlah sekadar omong kosong. Stres yang kronis atau tidak terkendali dapat menghancurkan produktivitas kita , meningkatkan ketidakhadiran, dan bahkan meningkatkan risiko kecelakaan di tempat kerja. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa mengatasi ini? Ada satu jawaban yang menarik: Neurosains atau keilmuan saraf serta otak . Melalui pe maham an bagaimana otak kita merespons stres, maka kita bisa mengendalikannya dengan lebih efektif. Ketika rekan-rekan profesional merasakan stress fisik dan psikologis , otak akan melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Ini adalah persiapan tubuh kita untuk menghadapi ancaman. Ini adalah rekasi berantai yang dimulai teraktifkannya bagian otak, yaitu amidgala. Organ ini berfungsi menga
Agus Syarifudin
Tulisan ini adalah sebuah hasil
perenungan dan diskusi hebat atas
meninggalnya sahabat saya. Seorang
sahabat yang telah mengisi kehidupan saya di masa kuliah dulu, di Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Namanya adalah Fajar Wahyudiarto.
Biarlah tulisan ini mengenang semua hal baik yang telah beliau lakukan
sepanjang hidupnya. Khususnya bagi saya
adalah bagaimana dia menjadi pribadi yang suka menolong, lembut, penuh kasih
sayang tulus, humoris, rajin, dan pekerja keras. Sebuah pribadi paripurna dari seorang
mahasiswa yang bergulat dengan berbagai permasalahan di perkuliahan yang penuh
dengan kompetisi hebat, yaitu di Universitas Indonesia.
Kami pernah tidur di kamar yang
sama, mengerjakan tugas dalam kelompok yang sama, dan berada di kelas yang
sama. Suka duka kami lalui bersama.
Senang, sedih dan kebahagiaan begitu kental kami rasakan, karena memang angkatan
kami sangat kecil. Hanya berjumlah 31 mahasiswa, dan mayoritas adalah
perempuan. Dimana kami sebagai pria
selalu diminta tolong oleh kaum hawa karena budaya timur yang menganggap pria
adalah pelindung kaum perempuan.
Kepergian sahabat saya itu begitu
mendadak karena sakit hebat. Padahal
beberapa minggu sebelumnya, kami bertemu dalam acara buka puasa bersama di
bulan Ramadhan. Acara reunian yang
dilakukan di Mall Kota Kasablanka, di daerah Jakarta. Kami berecengkrama hinga berjam-jam dan
saling bercerita apa yang telah dilakukan dan sedang dilakukan. Saling up date akan kegiatan
masing-masing. Sungguh kebahagiaan tak
berperi saat itu, bertemu dengan rekan kuliah dan membagi momen kebahagiaan
serta pencapaian pribadi masing-masing kepada rekan-rekan di kuliah masa
lalu.
Namun takdir berkata lain. Beliau pergi meninggalkan kamii begitu
cepat. Dan beliau belum menikah. Usianya pun masih sangat muda. Dan beliau pun
belum mencapai usia 40 tahun. Dimana
usia paripurna dari seorang manusia dalam wujud kematangan dan kedewasaan. Kami seangkatan bergulat dengan duka yang
hebat karena kepergian mendadak beliau.
Semua sedih dan menangis karena kepergian beliau tanpa mengucapkan
pamit. Bahkan, kami semua tidak diberi
kesempatan oleh yang kuasa untuk melihat wajah terakhirnya sebelum dikafani dan
ditutup makamnya dengan tanah yang masih merah. Sedih yang tiada berperi. Luka yang sangat dalam. Entah kapan, luka ini akan sembuh. Namun kami seangakatan yang tergabung dalam
grup Whatsapp saling menguatkan.
Berbagai komentar datang silih berganti, saling menguatkan dan
memberikan semnagat kepada pribadi-pribadi yang sedang sedih dan berupaya
bangkit, serta menjalani kehidupan untuk tetap normatif dan produktif.
Goresan percakapan dalam ketikan
selalu berujung kepasarahan dan ketakutan akan kematian. Bagaimana nanti kematian menjemput, dan
semoga amalan nanti dapat menolong di dunia akhirat. Sebuah konsepsi abstrak
dan tidak dapat dijelaskan dengan runut karena berbentuk dogma agama. Sebuah
kepastian! Bukan sebuah dinamika yang penuh lika liku dan diskursus akan
layaknya kehidupan yang penuh ketidakpastian.
Melalui tulisan ini, saya mencoba
menjelaskan bagaimana sebuah kehidupan itu adalah sebuah siklus energi. Sebuah
hasil mahakarya yang penuh kesempurnaan dan dinamika yang tiada henti terus
bergerak, seiring kehidupan lain masih tersisa di bumi. Bagaimana hal ini dijelaskan dalam keilmuan
Fisika sebagai sebuah konsepsi bertemakan energi.
Cerita dari tulisan ini mencoba
menjelaskan bahwa ruh yang ditiupkan oleh sang pencipta adalah suatu bentuk
energi. Energi yang suci. Dari manakah
energi itu? Yang jelas energi adalah suatu bentuk abstrak dari keilmuan fisika,
dimana dapat dirasakan, diukur, namun bentuknya masih diperdebatkan. Ada yang berbentuk atom dan sub atom sebagai
penyusun atom. Ketika berbicara atom,
maka akan berbicara unsur dan berlanjut kepada molekul, serta wujud dari benda,
yaitu apakah itu padat, cair, dan gas.
Dan manusia memiliki semua wujud dari benda itu, yaitu padat, cair, dan
gas. Mereka berkumpul jadi satu dalam suatu benda, yaitu tubuh manunia.
Namun demikian, ada suatu energi
yang begitu besar, yang mampu menggerakkan, memotivasi, dan membuatnya tumbuh
dan berkembang sebagai suatu benda hidup. Hal ini dijelaskan dalam keilmuan
Biologi. Bagaimana benda itu hidup!
Dibedakan dengan benda mati. Mereka
dapat tumbuh dan berkembang. Sel-sel
dibentuk dari mekanisme reaksi fisika dan kimia kemudian memiliki kemampuan
tumbuh dan berkembang, dimana itu yang membedakan antara benda mati dan benda
hidup. Energi itu begitu besar hingga
mampu menggerakkan semua sel, jaringan, organ, dan sistem organ dari tubuh
manusia. Kemudian manusia sebagai mahluk
sosial saling beinteraksi untuk memenuhi kebutuhannya, dimana pada akhirnya
manusia tidak dapat hidup tanpa kehadiran manusia lain untuk memenuhi semua
kebutuhannya, baik fisik maupun batin.
Kebutuhan ifisik dan kebutuhan psikologis!
Psikologis adalah bagaimana otak
bekerja mengolah pikiran, perasaan, dan perilaku hingga berdampak kepada setiap
aktivitas manusia secara pribadi dan sosial.
Bagaiama psikologis ini begitu dahsyat hingga dapat mempengaruhi sistem
organ di bawah otak. Hingga timbul suatu
pemeo, di dalam tubuh yang sehat maka ada jiwa yang kuat. Di dalam pikiran, perasaan, dan perilaku yang
sehat,normati,dan produktif maka terdapat tubuh dan sistem biologis yang
sehat. Temuan terakhir dari keilmuan
kesehatan juga membuktikan bahwa keadaan psikis yang paripurna akan menghambat
penyakit karena terkait dengan sistem kekebalan tubuh. Bagaimana menjaga ruh, yaitu hasil olah pikir
dan perasaan yang bahagia dan penuh dengan keceriaan yang terkendali, normatif,
dan produktif, maka akan menjauhkan dari penyakit.
Namun di sisi lain, namanya
kehidupan pasti memiliki akhir, yaitu kematian.
Bagaiama sel itu tidak mampu lagi untuk tumbuh dan berkembang. Karena hal ini terkunci dari kode genetik
yang ada pada gen di setiap sel, dimana sudah ada kitab informasi yaitu adanya
pembatasan dimana sel berhenti untuk tumbuh dan berkembang. Segala reaksi kimia, fisika, dan biologi
menjadi melambat dan akhirnya terhenti secara alamiah. Itulah proses penuaan dan penurunan fungsi
tubuh. Dan ketika hal ini terhenti
secara alamiah, maka itulah yang dinamakan kematian. Fungsi semua tubuh terhenti.
Dapat diambil pemahaman
sederhana, bahwa gen adalah suatu bentuk kitab secara biologis bagaimana
individu sebagai mahluk yang hidup, tumbuh, dan berkembang mengalami perjalanan
biologisnya dari semua bentuk reaksi kimia, fisika, dan biologis yang tejadi
dari tingkatan sel. Dimana tingkatan sel ini akan tumbuh dan berkembang menjadi
tingkatan jaringan, organ, dan sistem organ, hingga tubuh manusia. Kemudian semua sistem itu dikendalikan oleh
otak sebagai organ terluhur dan tertinggi.
Organ ini menjalankan fungsi sebagai command
control yang mengendalikan semua
kerja pada tingkatan organ dan akan mempengaruhi hingga tingkatan seluler.
Sungguh suatu mekanisme kerja yang komplek dan dan saling mempengaruhi. Hingga tingkatan gen pun dapat berubah karena
reaksi kimia, fisika, dan biologis sebagai akibat interaksi mahluk hidup dengan
lingkungan hidup (biotik) dan lingkungan tak hidup (abiotik).
Ketika semua fungsi terhenti,
maka energi yang ada ditubuh pun melenyap.
Energi itu berpindah entah kemana.
Energi yang begitu besar dan mampu menciptakan kehidupan baru dalam bentuk
reproduksi. Suatu fungsi untuk melanjutkan keturunan dan cerita dari leluhur
terkait apa yang telah dan akan dilakukan di masa mendatang. Meceritakan sejarah dan mimpi yang akan
diwujudkan baik oleh individu ataupun keturunannya. Inilah proses penerusan
energi yang berkelanjutan dalam wujud cerita, budaya, dan teknologi, hingga
berwujud beradaban manusia.
Kembali kepada hukum Fisika,
bahwa enegi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi tidak hilang namun berubah
bentuk. Ruh sebagai bentuk energi akan
berubah bentuk ketika kematian datang. Pancaran energi dalam bentuk radiasi dan
gelombang akan berubah. Saat tubuh mati,
pancaran dari radiasi dan gelombang itu lenyap, hilang! Kemanakah energi itu
akan pergi? Tiada yang tahu kemana
energi itu berpindah dan berubah bentuk, hingga berubah wujud. Namun satu hal yang pasti bahwa energi itu
tetap ada di semesta ini. Energi itu pun
telah menorehkan jejak berupa jejak-jejak bekas pancaran radiasi dan gelombang
yang tercetak di semua benda yang pernah berinteraksi dengan indvidu
tersebut.
Di sisi lain, dalam keilmuan
fisika disebutkan bahwa sistem fisika itu adalah sistem yang dinamis. Sistem fisika yang hidup adalah sistem yang
selalu tumbuh dan bergerak. Tidak pernah sempurna namun selalu menuju
kesempurnaan. Ketika sebuah sistem
fisika sempurna, maka sistem itu runtuh! Bukan meluruh atau runtuh bertahap,
namun runtuh sekejap. Dan itu adalah katastropik dimana sistem tersebut
berusaha memperbaiki dengan hebat untuk menuju kesempurnaan. Namun karena kekacauan yang terjadi begitu
dahsyat dan tidak semimbang, maka proses yang terjadi pun dahsyat, yaitu suatu
bencana! Bagaimana sistem tersebut mencoba untuk setimbang dan menuju
kesempurnaan.
Ketika kesempurnaan itu terjadi
dalam proses secara bertahap dan terus memperbaiki dengan baik, maka pencapaian
kesempurnaan itu pun melambat. Bagaimana
semua sistem dalam tubuh, baik itu sistem fisika, kimia, biologis berusaha
menjadi sempurna yang melambat. Ingat
bahwa setiap reaksi ada aksi dan saling mengimbangi. Oleh karena itu dampak yang terjadi pun tidak
hebat, karena kerusakan pada sistem tersebut tidak besar dan dahsyat! Maka
proses yang terjadi pun tidak hebat pula.
Hal ini berakibat proses menuju
kematian ataupun kiamat katastropik itu pun tidak terjadi dalam waktu yang
singkat! Oleh karena itu perlu kehati-hatian dalam memelihara sistem biologis
kita agar tidak terjadi kekacauan hebat dan penurunan fungsi yang hebat, dimana
semua sistem baik fisika, kimia, dan biologis akan bekerja hebat hingga terjadi
kesempurnaan yang tiba-tiba. Dimana mekanisme aksi dan reaksi ini pun terjadi
dahsyat. Akibat mekanisme yang dahsyat
maka keseluruhan sistem atau tubuh, tidak mampu menahan gejolak letupan energi
yang terjadi dengan bersifat masif, dan tidak terstruktur, sebagai akibat
komplekitas permasalahan yang terjadi.
Dampak yang hebat ini menyebabkan terjadinya ledakan dahsyat yang
terjadi dalam bentuk pencapauan kesetimbangan energi untuk menuju kesemurnaan
dalam memperbaiki kekacauan yang terjadi.
Ledakan dahsyat inilah yang dinamakan kematian dalam perwujudan energi
yang hidup dan berusaha untuk sempurna.
Dan inilah yang dinamakan
kematian mendadak karena penyakit hebat! Karena semua sistem tersebut bekerja
untuk menyeimbangkan masing-masing sistem dan sub sistem. Semua bekerja sama dengan mandiri dan saling
mengacaukan! Namun jika dilakukan pemeliharaan yang hebat dan menjaga agar
proses dari masing-masing sistem yang bekerja tidak terjadi kekacauan, maka
proses penuaan dan kerusakan yang terjadi sebagai akibat proses penuaan akan
melambat.
Oleh karena itu, jika manusia
ingin hidup lama maka setiap individu harus menahan semua terjadinya kerusakan
yang terjadi pada tingkatan sel, jaringan, organ, dan sistem organ. Bagaiaman tidak terjadi kerusakan akibat
mekanisme reaksi fisik dan mental baik yang terjadi karena dari dalam tubuh
sebagai penyakit bawaan, dan atau sebagai akibat interaksi dengan
lingkungan. Hal ini juga perlu dicatat,
bagaimana hubungan atau relasi sosial dengan manusia lain pun dapat menyebabkan
kerusakan secara psikis yang terdampak pada otak, dimana akan mempengaruhi
sistem di bawah kendali otak. Mekanisme
yang komplek dan saling terkait dengan jumlah sistem dan sub sistem berjumlah
jutaan di dalam satu tubuh manusia.
Oleh karena itu, amatlah mustahil
bagi keilmuan untuk membuat pagar atau pencegahan yang paripurna atas
kemungkinan terburuk yang terjadi pada tingkatan terendah, yaitu sel. Karena sel jumlahnya sangat tak terhingga dan
jenisnya pun banyak. Ketika manusia mampu merumuskan cara pencegahan atau meminimalisasikan
atas kemungkinan buruk yang terjadi dan kemudian melakukan antisipasi yang
terjadi, maka manusia dapat merekayasa dan menunda terjadinya kematian. Bahkan manusia dapat hidup abadi. Dan ini pun sudah ada dalam benak manusia
bahwa mereka dapat hidup abadi dalam dongeng-dongeng Yunani kuno. Manusia abadi
alias Dewa! Tidak dapat mati!
Semua ini adalah mungkin, namun
demikian amatlah sulit. Namun tetap mungkin terjadi. Bagaimana caranya hal ini terjadi dan
terwujud? Adalah dengan bekerjasama dengan seluruh rumpun keilmuan yang ada
sejak jaman sejarah tercatat dan filsuf pertama muncul dan tercatat berdasarkan
hasil pemikiran hebatnya! Hal ini dapat terwujud, jika semua manusia berupaya
dengan keras dan saling bekerjasama. Namun untuk saat ini dan kapan pun tidak
akan terwujud. Karena manusa itu
memiliki sifat iri, dengki, dendam, dan serakah dimana semua ini adalah
alamiah. Sehingga hal ini pun di jaga oleh semesta bahwa hal ini tidak akan
terjadi. Karena tercatat di semua kitab
agama yang ada di bumi hingga saat ini, bahwa manusia memiliki akhir, yaitu
kematian.
Lalu, kemanakah enrgi itu pergi?
Tidak ada yang tahu. Energi itu lenyap! Entah pergi kemana. Atom dan sub atom
itu hilang. Tak berbekas. Namun sebagai bentuk energi, dia tidak musnah
dan tidak diciptakan ulang. Energi itu
berubah bentuk menjadi energi baru dan mengelana di bumi serta alam
semesta.
Namun perlu diingat, bahwa setiap
individu yang mati memiliki jejak pancaran energi radiasi dan gelombang kepada
semua benda yang telah berinteraksi dengannya. Bagi manusia lain, hal ini berwujud dalam bentuk ingatan atau memori.
Bagaimana memori itu tertanam dan jika memungkinkan tercatat hingga tidak akan
punah atau hilang. Memori itu terjadi
kepada semua individu yang telah berinteraksi selama hidupnya. Semakin tinggi jabatan dan atribut sosialnya,
maka memori itu melekat di banyak orang dan terus hidup dan diturunkan kepada
generasi seterusnya. Itulah jejak dari pancaran energi yang berbekas. Hingga pancaran energi itu pun tetap hidup
dan tidak hilang.
Pertanyaan berkutnya belum
terjawab. Kemana energi itu berubah dan pergi? Energi itu berada dialam
ketiadaan! Alam dimana semua belum tercipta! Alam yang tertutup dari kehidupan
dan awalnya terjadi semesta. Alam itu dekat dengan kita. Ada di sekitar kita. Hanya dalam bentuk dimensi yang berbeda. Dimensi ruang dan waktu yang selalu
berdampingan dengan kita, menjaga kita, dan terus memperbaiki kekacauan yang
terjadi. Alam yang penuh dinamika layaknya alam manusia dan semesta. Semua itu ada di sekitar kita. Hanya saja kita tidak peka terhadap hal
tersebut. Karena memang pancaran
gelombangnya amat rendah, hingga mendekati nol! Karena energi yang lenyap itu
tidak lenyap, hanya turun level energinya.
Tadinya begitu besar dan hebat,namun kini begitu kecil dan tak
berbentuk. Amat kecil hingga tak
terdeteksi. Apapun itu, tidak dapat
dideteksi baik oleh manusia dan alat secanggih apapun. Karena ketika terjadi
angka nol maka semua sistem kembali kepada awal, bukan suatu akhir. Tetapi
memulai proses yang baru, proses dari reaksi kimia, fisika, dan biologi, serta
melalui perhitungan matematika yang dahsyat!
Energi itu terus bergerak dan
tetap eksis di galaksi dan semesta. Bagaimana cerita energi tersebut
selanjutnya di semesta? Hanya pemiliki semesta yang tahu. Yang jelas, semua energi tersebut berkumpul
di suatu tempat dari sejak awal penciptaan semesta. Dan proses ini terus berlanjut dan menjadi
siklus energi di semesta. Ada yang
datang, maka ada yang pergi. Ada yang diam dan ada yang bergerak. Aksi dan reaksi. Dan semua cerita setelah
kematian adalah hasil pemikiran dari filsuf-filsuf hebat sepanjang sejarah,
sehingga tetap hidup karena dirasakan masuk akal atau memeneuhi logika
sederhana. Entah logika itu karena dogma
agama ataupun hasil olah pikir dari manusia.
Jadi kematian dan kiamat adalah
hal yang pasti dan tidak perlu ditakutkan.
Karena ini adalah suatu
hal yang wajar dan alamiah. Suatu proses yang dapat dijelaskan dari
keilmuan sains dengan penjelasan konsep energi.
Bagaimana dinamika dari energi itu terjadi dan bagaimana enegi itu
berproses dan berkelana sejak awal terbentuknya hingga saat ini. Bagaimana
ceritanya nanti? Tidak ada yang tahu. Karena semua memiliki peran dan
kontribusi terhadap keseimbangan energi di alam dan semesta. Kiamat akan terjadi jika telah terjadi kerusakan
yang sifatnya masif, komplek, saling terkait, dan tampak sangat kacau! Butuh
suatu kekuatan hebat untuk memperbaiki kekacauan yang terjadi. Dimana pada akhirnya, sistem yang rusak itu
akan hancur dalam sekejap ataupun bertahap! Kemudian mekanisme reaksi ini pun membuatnya menjadi sistem yang baru dimana
lebih baik dari sistem sebelumnya.
Sebuah sistem yang mulai dari awal.
Sistem yang lebih baik dan tumbuh dari nol serta terus tumbuh dan juga
berkembang.
Inilah akhir dari tulisan saya.
Fajar, dimana pun engkau berada sekarang, engkau telah kembali dan bersama
dengan pemilikmu. Berkumpul bersama
semua entitas energi dari jaman pencipaan semesta hingga saat ini. Kehidupan
yang abadi, karena engkau telah menjadi energi yang murni. Energi yang sama
saat engkau ditiupkan kepada sistem biologis dalam rahim ibu. Tumbuh dan berkambang, dan berhenti saat
kematian menjemput. Sebuah perjalanan
sesaat dan sangat singkat. Namun
demikian tulisan ini, membuatmu tetap hidup dalam kenangan setiap orang yang
membacanya. Semoga
engkau bahagia di alam sana dan tetap kenanglah kami sebagai teman terbaik yang
selalu mengingatmu dalam kebaikanmu.
Komentar
Posting Komentar