Langsung ke konten utama

Featured post

Stop Bilang Stres Itu Penyakit Mental! Otak Primitif Anda Cuma Panik!

Ilustrasi stres (Pexel.com) Agus Syarifudin Partadiredja Tanuarga Pernah merasa jantung berdebar kencang, tangan dingin, atau napas tersengal-sengal padahal Rekan PSAK cuma dikejar deadline atau berhadapan dengan atasan yang lagi bad mood ? Selamat, Rekan PSAK baru saja merasakan respons fight-or-flight klasik. Tapi jangan langsung cap diri Rekan PSAK punya masalah kecemasan atau "penyakit mental" lainnya. Seringkali, ini bukan tentang kesehatan mental yang rapuh, melainkan karena otak primitif Rekan PSAK sedang dalam mode siaga. Kita sering menganggap stres sebagai momok modern yang identik dengan gaya hidup serba cepat. Tapi sebenarnya, respons stres adalah fitur bawaan yang sudah ada sejak nenek moyang kita harus berhadapan dengan predator ganas di sabana. Ini bukan kelemahan, melainkan sebuah mekanisme bertahan hidup yang luar biasa canggih. Otak Primitif: Alarm Anti-Punah Rekan PSAK Di dalam kepala kita, ada dua bagian otak yang punya peran sangat besar dalam u...

Rahasia Tersembunyi: Bisakah Tadarus Quran Mengalahkan Burnout dan Stres di Tempat Kerja?

Agus Syarifudin Partadiredja Tanuarga

 

Tadarus Quran: Solusi Alternatif untuk Burnout yang Terlupakan

Stres di tempat kerja dan burnout telah menjadi masalah yang semakin sering kita dengar. Banyak solusi ditawarkan, mulai dari meditasi hingga mindfulness. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa tadarus Quran, sebuah praktik spiritual, bisa menjadi alternatif yang tidak kalah efektif dalam mengatasi tekanan ini? Inilah celah yang jarang diteliti—pengaruh tadarus Quran terhadap otak dan kesejahteraan mental di tempat kerja.

Gap penelitian menunjukkan bahwa meskipun meditasi sering disebut sebagai solusi utama untuk mengurangi stres, peran tadarus dalam membantu pekerja melawan burnout hampir tidak pernah dibahas secara ilmiah (Navqi et al., 2020; Tanuarga, 2024; Gorter et al., 1998). Novelty dari artikel ini terletak pada analisis neuropsikologi yang membuktikan bahwa bacaan Quran, yang sering dianggap sebagai ibadah, sebenarnya memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi otak dan kesehatan mental. Dengan pendekatan ini, kita akan menggali lebih dalam apakah tadarus Quran dapat melampaui mindfulness dalam meredakan stres dan meningkatkan produktivitas di tempat kerja.

Apakah mungkin bahwa praktik spiritual sederhana ini bisa menjadi kunci untuk menghadapi burnout yang melelahkan? Baca lebih lanjut untuk menemukan jawabannya!

 

Tadarus Quran: Lebih dari Sekadar Ibadah, Ini Adalah Senjata Melawan Stres dan Burnout

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tadarus Quran bukan hanya aktivitas religius, tetapi juga berdampak langsung pada fungsi otak. Salah satu mekanisme yang paling menarik adalah peningkatan gelombang otak alfa, yang biasanya dihubungkan dengan keadaan relaksasi yang mendalam dan ketenangan mental ​(Navqi et al., 2020). Gelombang alfa ini memungkinkan individu untuk mencapai keseimbangan emosional, mengurangi tingkat kecemasan, dan bahkan meningkatkan fokus—semua hal yang krusial dalam menghadapi stres di tempat kerja​ (Navqi et al., 2020).

Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa tadarus dapat mempengaruhi aktivitas otak, terutama di bagian amigdala, yang bertanggung jawab atas pengaturan emosi. Saat tadarus dilakukan, amigdala berfungsi lebih efektif dalam mengelola respons emosional, mengurangi perasaan takut dan cemas yang sering menyebabkan stres kronis di lingkungan kerja ​(Navqi et al., 2020). Aktivasi korteks prefrontal selama tadarus juga membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan pemrosesan informasi yang lebih efektif, yang penting dalam situasi pekerjaan yang menekan.

Dari sisi neuropsikologi, efek dari tadarus Quran hampir mirip dengan meditasi. Tadarus tidak hanya berfokus pada pengulangan bacaan, tetapi juga memicu refleksi mendalam yang membantu dalam mengaktifkan bagian otak yang mengatur konsentrasi dan pengelolaan stres​ (Navqi et al., 2020; Tanuarga, 2024). Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa praktik ini mampu merangsang produksi hormon dopamin dan serotonin, yang dikenal sebagai neurotransmitter “kebahagiaan” yang membantu mengurangi gejala depresi dan kelelahan mental​ (Navqi et al., 2020).

Tadarus Quran memiliki manfaat kepada tubuh dalam bentuk peningkatan kesejahteraan fisik dan mental dalam atasi burnout serta stres kerja


Lebih lanjut, tadarus Quran memiliki efek jangka panjang pada otak melalui proses neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk membentuk dan memperkuat koneksi sinaptik baru. Ini sangat penting dalam konteks burnout, di mana stres kronis dapat merusak koneksi sinaptik yang terkait dengan pengaturan emosi dan kesejahteraan mental​ (Tanuarga, 2024). Tadarus membantu memperbaiki koneksi-koneksi ini, memperkuat kemampuan individu untuk bertahan dari tekanan pekerjaan yang berlebihan.

Dengan kombinasi antara aspek spiritual dan dampak biologisnya, tadarus Quran menawarkan pendekatan yang unik dan holistik dalam mengelola stres di tempat kerja. Ini bukan hanya ibadah, tetapi sebuah cara efektif untuk menjaga keseimbangan mental dan fisik di tengah tekanan profesional yang terus meningkat.

 

Tadarus Quran: Solusi Terlupakan untuk Burnout yang Makin Meningkat

Kesimpulan yang bisa diambil dari artikel ini adalah bahwa tadarus Quran bukan hanya sekadar ritual ibadah, tetapi juga memiliki manfaat besar dalam mengatasi burnout dan stres kronis di tempat kerja. Praktik ini mampu menenangkan pikiran, memperbaiki koneksi otak, dan membantu individu mengatasi tekanan pekerjaan yang berat. Jadi, mengapa tidak mulai mempraktikkan tadarus Quran secara konsisten? Manfaatnya lebih besar dari yang kita bayangkan, baik untuk kesehatan mental maupun keseimbangan hidup kita.

 

Daftar Pustaka

Gorter, R.C., Albrecht, G., Hoogstraten, J., & Eijkman. M.A.J. (1998). Work place characteristics, work stress and burnout among Dutch dentists. Eur J Oral Sci, 106, 999±1005. https://doi.org/10.1046/j.0909-8836.1998.eos106604.x

Navqi, S.Z.H., Azis, S., Tariq, M.H. (2020). Effect of Al-Quran recitation on human physiology. Proc. of the 2nd International Conference on Electrical, Communication and Computer Engineering (ICECCE) 12-13 June 2020, Istanbul, Turkey. https://doi.org/10.1109/ICECCE49384.2020.9179455

Tanuarga, A.S.P. (2024). Rahasia taklukkan stress: mekanisme neuropsikologi hunuzzan, sholat, dan tadarus quran dalam reduksi stress kronis. Jakarta, Pusat Studi dan Aplikasi Keilmuan.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Tanda Kamu Mengalami Stres Berkepanjangan Tapi Tidak Sadar: Waspadai Bahayanya bagi Otak, Emosi, dan Iman

Ilustrasi stres yang tidak disadari Banyak dari kita berpikir stres hanya terjadi saat menghadapi masalah besar. Padahal, stres juga bisa datang diam-diam—menumpuk perlahan dalam rutinitas, tanpa kita sadari. Inilah yang disebut sebagai stres kronis tersembunyi . Ia bisa berdampak pada kesehatan fisik, mental, bahkan spiritual kita, bila tidak ditangani dengan tepat. Stres kronis terjadi ketika tubuh dan pikiran terus-menerus dalam kondisi "siaga". Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu fungsi otak, merusak sistem saraf, dan melemahkan daya tahan tubuh. Yang lebih serius, stres juga bisa menjauhkan kita dari rasa tenang dan keikhlasan dalam beribadah. Berikut adalah 5 tanda kamu mungkin sedang mengalami stres berkepanjangan tanpa disadari : 1. Merasa Lelah Meski Sudah Tidur Cukup Tidur 7–8 jam semalam, tapi tetap merasa lelah saat bangun? Ini bisa jadi pertanda tubuhmu tidak benar-benar istirahat. Stres membuat kualitas tidur menurun, meski durasinya cukup. Aki...

Kenali Ciri Gangguan Belajar Anak: Waspadai dan Tangani Sejak Usia Sekolah Dasar!

Saat buah hati berusia sekolah dasar, maka mereka seharusnya memiliki kemampuan belajar yang baik.   Kesiapan belajar ini dipersiapkan di usia taman kanak-kanak.   Namun demikian perkembangan otak dan mental anak untuk siap belajar adalah pada umumnya berada di usia 8 tahun ke atas.   Sobat PSAK, sebelum kita membahas kesulitan belajar atau disebut juga gangguan belajar, mari kita dalami apa itu kegiatan belajar. Dalam bahasa Inggris terminologi ini dikenal dengan learning disablity . Namun untuk diagnosa dari masalah ini pada siswa dikenakan istilah learning disorder atau gangguan belajar. Sekilas kegiatan belajar bersifat sederhana dan sepele.  Belajar adalah kegiatan perolehan informasi baru, perilaku, atau kemampuan setelah latihan, pengamatan, atau pengalaman lain.  Kegiatan ini kemudian dibuktikan dengan perubahan dalam perilaku, pengetahuan, atau fungsi otak.  Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip dari anak belajar adalah adanya perubahan p...

Dari Otak Primitif ke Otak Kolaboratif: Mengapa Kita Terlahir untuk Bekerja Sama?

Kini saatnya untuk bekerjasama meski dalam persaiangan. Kolaborasi adalah keniscayaan untuk mencapai kemajuan Sobat PSAK, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa manusia memiliki naluri untuk bekerja sama? Jawabannya terletak pada evolusi dan sains di balik otak kita. Evolusi dan Naluri Kolaborasi Manusia adalah makhluk sosial yang berevolusi untuk hidup dan berburu dalam kelompok. Kemampuan kita untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan satu sama lain sangat penting untuk kelangsungan hidup kita. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia telah bekerja sama dalam kelompok besar selama ratusan ribu tahun. Otak Kolaboratif: Rahasia di Balik Kerjasama Otak manusia memiliki beberapa fitur yang membuatnya sangat cocok untuk kolaborasi. Berikut beberapa contohnya: Mirror Neuron. Sel saraf khusus ini aktif saat kita melihat orang lain melakukan suatu tindakan, seperti tersenyum atau meniru gerakan. Mirror neuron membantu kita untuk memahami dan meniru orang lain, y...